Aktivitas di Terminal Kijing, kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat terus menggeliat. saat ini sudah melayani komoditas utama seperti curah cair, curah kering, dan produk turunan kelapa sawit.
Terminal ini juga berfungsi sebagai pelabuhan penyangga yang menampung aktivitas Pelabuhan Dwikora Pontianak yang telah melebihi kapasitas.
Data mencatat hingga Oktober 2025, PTP Non petikemas Cabang Pontianak telah merealisasikan trafik produksi sebesar 3,21 juta ton, tumbuh 46% dibanding periode yang sama pada 2024 yang mencapai 2,2 juta ton.
Dengan peran strategis tersebut, Terminal Kijing bisa dibilang menjadi solusi logistik yang mendukung kelancaran rantai pasok nasional sekaligus memperkuat daya saing Indonesia di sektor kepelabuhanan.
GM Pelindo Regional 2 Pontianak Kalbar Yanto mengungkapkan jika pihaknya pada bulan Juni sudah mensosialisasikan kepada pelaku usaha bahwa Terminal Kijing sudah bisa melayani bongkar muat petikemas. Sebab sudah dilengkapi dengan 2 unit HMC, 2 Reach Staker, dan 2 HT plus chasis.
“Saat ini perusahaan pelayaran petikemas yang beroperasi di pelabuhan Dwikora, sudah kami tawarkan untuk masuk ke Kijing. Namun sampai saat ini belum ada. Untuk mengetahui kenapa pelayaran petikemas belum masuk ke Kijing, mungkin lebih tepat bisa tanyakan ke pelayaran petikemas tersebut,” kata Kalbar kepada Ocean Week per telpon.
Program TJSL Creating Shared Value
Terminal Kijing, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, yang dikelola oleh PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP Non petikemas) Cabang Pontianak, menjadi pusat pelaksanaan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) berbasis Creating Shared Value (CSV).

Program ini memperkuat operasional pelabuhan sekaligus memberdayakan masyarakat melalui pendidikan, inovasi mahasiswa, dan sertifikasi pekerja harian.
Acara yang berlangsung pada Senin, 24 November 2025 dihadiri oleh manajemen Pelindo Group, pemerintah daerah, instansi kepelabuhanan, dan perguruan tinggi. Kehadiran para pemangku kepentingan menegaskan pentingnya sinergi antara dunia usaha, pendidikan, dan masyarakat dalam membangun ekosistem pembelajaran serta pemberdayaan di Terminal Kijing.
Program EduPort melibatkan 15 mahasiswa dari Universitas Tanjungpura dan Universitas Muhammadiyah Pontianak yang selama satu bulan mengikuti magang terstruktur, pembelajaran lapangan, serta penyusunan gagasan inovasi berbasis kebutuhan operasional pelabuhan.
Melalui rangkaian presentasi dan penjurian, lima inovasi terbaik terpilih dalam kategori Best Out of the Box Idea, Best Work Safety, Best Environmental Health, Best Engineering Structure, dan Best Operations Solution.
Dua di antaranya, Oil Absorb Pad dan Rubber Mat Puzzle, ditargetkan mulai diimplementasikan pada akhir 2025.
Direktur Keuangan, SDM dan Manajemen Risiko PTP Non petikemas, Bambang Sakti, menegaskan bahwa Inovasi ini tidak berhenti di sini. Dua program ditargetkan berjalan di 2025 dan tiga lainnya di 2026.
“Kami bangga bahwa investasi sosial ini membangun relasi, berguna bagi bisnis, sekaligus memberi semangat bagi tenaga kerja harian. Kegiatan TJSL CSV ini juga mengajak kolaborasi masyarakat dan mahasiswa, sehingga dampaknya tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi penguatan SDM dan ekosistem logistik di sekitar Terminal Kijing,” ujar Bambang.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa program tersebut membuktikan bahwa pelabuhan bukan hanya pusat logistik, tetapi juga ekosistem pembelajaran.
“Masukan dari mahasiswa dan kampus membuka perspektif baru bagi perusahaan dalam meningkatkan efisiensi, HSSE, dan operational excellence. Selain itu, pelatihan dan sertifikasi Pekerja Harian menjadi langkah strategis untuk menghadirkan tenaga kerja lokal yang terlatih dan berstandar nasional, terutama di bidang curah cair, curah kering, dan general cargo,” ungkap Bambang.
Pada kesempatan yang sama, General Manager Pelindo Regional 2 Pontianak, yang diwakili oleh Manager Kepatuhan Bisnis, Mustafa, mengapresiasi inisiatif PTP Non petikemas dalam menyatukan dunia industri, kampus, dan masyarakat lokal melalui TJSL EduPort dan sertifikasi Pekerja Harian.
Menurut Mustafa, program tersebut menjadi bukti bagaimana Pelindo Group menjalankan perannya dalam membangun SDM unggul di daerah operasi.
Dia juga menyoroti posisi strategis Terminal Kijing sebagai salah satu tulang punggung rantai pasok Indonesia bagian barat, dengan potensi besar sebagai gerbang ekspor produk turunan kelapa sawit mengingat ekosistem industri sawit Kalimantan Barat yang masif.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan Kabupaten Mempawah, Johana Sari Margiani, menegaskan bahwa program ini selaras dengan visi Indonesia Emas, membuka akses pembelajaran bagi mahasiswa, serta mendorong percepatan ketersediaan tenaga kerja berkompetensi untuk siap terjun ke industri. Ia menilai PTP Non petikemas menjadi motivator bagi perusahaan lain.
Dukungan juga datang dari Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Pontianak, yang diwakili oleh Staf Bidang Lala, Heriansyah, yang telah membuat program inisiatif yang memberi manfaat bagi operasional Kijing dan mendorong peningkatan kompetensi SDM secara berkelanjutan.
Salah satu peserta TJSL PTP EduPort, Muhammad Afiq, membagikan ceritanya bahwa awalnya mereka tidak menyangka terpilih dan sempat kurang percaya diri, namun sangat bersyukur diterima oleh PTP Non petikemas.
Mereka menjelaskan bahwa langkah pertama di PTP Non petikemas adalah menyelesaikan ide karya ilmiah yang telah disiapkan, serta berharap gagasan tersebut dapat diaplikasikan untuk memberi manfaat bagi operasional Terminal Kijing.
Sertifikasi Pekerja Harian
Selain inovasi mahasiswa, PTP Non petikemas melaksanakan Program Sertifikasi dan Pelatihan Pekerja Harian.
Sebanyak 9 tenaga kerja harian mengikuti pelatihan awal dengan sertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) kategori bidang penanganan kemasan Curah Cair, Curah Kering, dan General Cargo.
Program ini memastikan Pekerja Harian memiliki kompetensi sesuai standar agar siap mendukung layanan pelabuhan secara profesional.
Implementasi CSV TJSL PTP Non petikemas bidang pendidikan ini bukan hanya mendukung pengembangan SDM masyarakat, tetapi juga memperkuat keberlanjutan operasional perusahaan.
Dengan berakhirnya Program EduPort dan dimulainya pelatihan Pekerja Harian PTP Non petikemas menargetkan model kolaborasi ini dapat direplikasi di cabang-cabang lainnya untuk memperluas dampak sosial dan memberikan nilai tambah berkelanjutan bagi masyarakat dan perusahaan. (***)





























