Industri Galangan kapal hanya butuh kesinambungan adanya pembangunan kapal baru agar usaha sektor ini tetap dapat berjalan, karena kalau repair kapal itu sudah menjadi kewajiban bagi shipping Line untuk maintenance.
“Untuk galangan kapal yang penting ada kesimambungan bangunan baru, kalau repair kan wajib dan rutin untuk kapal, sehingga galangan kapal masih ada yang dikerjakan,” kata Yance Gunawan, Dirut PT Dumas Surabaya, kepada Ocean Week, Minggu siang (10/1).
Yance juga menilai bahwa laut tetap menjadi bisnis yang potensi dinegara ini. Tinggal tunggu bagaimana seharusnya mengelola laut yang baik supaya semua usaha bisa hidup, baik pelayaran, pelabuhan, galangan kapal, perikanan, maupun parawisatanya.
“Karena ini ada kaitannya semua, misalnya tangkap ikan butuh kapal, parawisata butuh kapal pengangkutan barang/orang butuh kapal, lalu kapal butuh galangan. Jadi ada hubungannya semua,” ungkap Yance.
Sebelumnya, Pengamat galangan kapal nasional Tjahjono Roesdianto menyatakan industri sektor ini dinilainya masih lesu pada tahun 2020. Menyusul dihentikannya proyek pembangunan kapal baru dari pemerintah sejak beberapa tahun terakhir ini.
“Bisnis utama galangan kapal itu dua yakni pembangunan kapal baru dan perbaikan kapal,” katanya saat dimintai tanggapannya oleh Ocean Week sehubungan dengan prospek bisnis galangan kapal di tahun 2020 ini.
Mantan ketua umum Iperindo tersebut mengemukakan, untuk tahun 2020 ini usaha pembangunan kapal baru dirasakan lesu, karena belum ada kabar belanja negara seperti tahun 2015 dimana galangan kapam sibuk semua.
“Sebab pasar utama pembangunan kapal baru masih dari belanja negara, sektor swasta masih stagnan seperti tahun-tahun sebelumnya, belum ada pertumbuhannya,” ujarnya, Minggu pagi ini.
Menurut mantan Dirut BUMN Galangan Kapal Dok Kodja Bahari ini juga menyatakan bahwa berjalannya industri ini kalau ada pembangunan kapal. “Usaha pembangunan kapal baru itu ukuran pertumbuhannya. Jika galangan tumbuh, efek bola saljunya sampai ke industri komponen dan penunjang lainnya,” ungkap Tjahjono.
Dia juga meyakini jika bertahannya industri galangan kapal dikarenakan masih adanya maintenance kapal. Padahal untuk usaha reparasi kapal lebih sebagai kegiatan rutinitas yang merupakan penghasilan rutin dan berdampak kecil ke industri turunannya, bukan ukuran pertumbuhan industri.
Tjahjono menyarankan supaya industri galangan inovatif dan lebih kreatif mencari pasar baru baik di swasta maupun regional. Walaupun, lanjutnya, persaingannya menjadi lebih sulit karena dari sisi waktu masih selalu kalah cepat dengan pesaing dari luar negeri yang langsung bertentangga dengan produsen komponen utama seperti main engine, genset dan propeller sementara galangan nasional perlu impor dari sumber yang sama.
“Atau innovasi dan kreatifitas memanfaatkan sarana dan fasilitas produksi yang pada dasarnya adalah heavy industry untuk memproduksi non kapal. Juga upaya lobby termasuk asosiasi menyempurnakan regulasi untuk menumbuh kembangkan kompetensi, kapasitas dan kapabilitas serta daya saing industri perkapalan,” tegasnya.
Sementara itu Yance Gunawan, Dirut PT Dumas Surabaya juga membenarkan apa yang disampaikan Tjahjono. “Tidak ada pesanan baru pembuatan kapal dari pemerintah. Kalau masih ada yang bangun kapal itu hanya menyelesaikan permintaan dari pemerintah beberapa tahun lalu,” katanya pada Ultah ke-47 PT Dumas, Sabtu kemarin.
Saat ini, diakuinya, usaha sektor ini sedang lesu. Dia pun belum tahu kapan kebangkitan di industri galangan kapal dapat kembali bergairah. (***)