Penumpang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 melalui pelabuhan Semayang Balikpapan, pada Minggu (22/12) malam sangat ramai.
Ribuan calon penumpang tersebut rela menunggu di terminal penumpang dari siang hari sebelum naik kapal, demi untuk bisa pulang kampung dan bisa berkumpul dengan sanak keluarga di kampung halaman masing-masing.
Hari Minggu ini, dari catatan di Posko Nataru Terminal Penumpang Semayang, ada tiga kapal yang berangkat dari pelabuhan Semayang Balikpapan ini dengan tujuan ke beberapa daerah, yakni kapal Swarna Bahtera, kapal Lambelu, dan kapal Mandalika.
Ocean Week yang memantau langsung dari pelabuhan Semayang Balikpapan, sempat melihat KM Lambelu milik PT Pelni, sandar di dermaga pelabuhan Pelindo, pada jam 19.05 WITA untuk menurunkan dan menaikkan penumpang.
Tampak para penumpang yang turun dari kapal cukup tertib, ada yang lewat Garbarata, dan tak sedikit yang lewat tangga yang sudah disiapkan para petugas.
Kata Djasman, Kepala Cabang Pelni Balikpapan bahwa penumpang yang turun berjumlah 1.851 orang, dan yang naik ada 1041 orang.
Tepat pukul 19.38 WITA, para penumpang yang turun sudah habis, dan berganti penumpang naik melalui Garbarata.

Seperti diketahui bahwa rute kapal Lambelu yang tiba di Semayang malam ini, berangkat dari Kupang, Maumere, Bau-bau, Makassar, Pare-Pare, dan Balikpapan, kemudian lanjut ke Pantoloan, Tarakan, dan Nunukan.
“Tapi, nanti dari Nunukan hanya sampai Makassar,” ujar Djasman.
Salah seorang penumpang, Askar bersama istrinya, mengaku jika naik kapal Pelni sekarang ini sudah nyaman.
“Kami naik Lambelu mau jenguk orang tua di Pantoloan, kami tadi dari Samarinda,” ujarnya bersemangat.
Askar juga mengatakan kalau sekarang untuk memperoleh tiket kapal Pelni cukup mudah, karena belinya lewat online. Sehingga sudah tak melalui ‘calo’ lagi. “Sekarang sudah nggak ada calo,” ungkapnya.
Menurut dia, tarif nya juga terjangkau, karena dari Balikpapan tujuan Pantoloan hanya Rp 164 ribu. Lagi pula perjalanan dari Balikpapan ke Pantoloan cuma ditempuh 12 jam.

Djasman menambahkan bahwa kapasitas kapal Lambelu mencapai 2.000 penumpang.
Tepat pukul 09.00 WITA, KM Lambelu meninggalkan Semayang, untuk melanjutkan perjalanan ke rute yang telah ditentukan.
Namun, meski kapal sudah membunyikan sirine sampai 3 kali, ternyata masih banyak calon penumpang Lambelu yang berdatangan, terpaksa kapal pun harus menunggu calon penumpang yang jumlahnya puluhan orang.
Mandalika
Djasman yang baru sekitar 6 bulan bertugas di Balikpapan menyampaikan, selain KM Lambelu, ada pula kapal Mandalika, yang akan diberangkatkan pada dini hari (Senin, 23 Desember 2024).

Kapal Mandalika milik PT Dharma Lautan Nusantara (DLN), malam ini juga bersandar di pelabuhan Semayang Balikpapan, sebelum diberangkatkan pada pukul 01.00 WITA dengan tujuan Surabaya. Hanya saja penumpang untuk kapal Mandalika tak sebanyak penumpang kapal Lambelu.
Total penumpang yang turun dari kapal Mandalika hanya ada 36 orang, dan yang naik belum diketahui berapa banyak.
Djasman mengungkapkan, bahwa puncak penumpang Nataru kali ini sebenarnya terjadi pada Rabu tanggal 18 Desember lalu. “Kapal Bukit Siguntang rute dari Tarakan, Nunukan, Balikpapan, Pare-Pare, Makasar, Kupang, dengan total penumpang yang naik 2.618, dan yang turun ada 718 orang,” katanya lagi.
Menurut Djasman, mayoritas penumpang memanfaatkan libur pada Natal dan Tahun Baru untuk mudik ke kampung halaman masing-masing. Apalagi Nataru kali ini berbarengan dengan libur sekolah.
Sementara itu, Kapal Mandalika, milik PT DLN dari Balikpapan tujuan Surabaya, dianggap tarifnya cukup mahal.
Danang, calon penumpang kapal Mandalika asal Ponorogo, bersama 7 orang temennya mengaku harus mengeluarkan Rp 450 ribu untuk satu tiket, karena membeli dari calo.
Padahal tarif resminya hanya Rp 350 ribu. Namun, meski lebih mahal, Danang dan kawan-kawan tak mempersoalkannya, karena yang lebih penting baginya bisa pulang ke Jawa Timur (Ponorogo) pada hari ini juga.
Lain Danang, lain pula yang dialami Ratih, ibu asal Bandung, tapi besar di Tarakan ini bersama dua anaknya mengaku habis berlibur di Mahakam. “Sekarang mau balik ke Tarakan naik kapal Bukit Siguntang, dan harus nunggu sampai hari Selasa,” katanya.
Karena itu ungkap Ratih yang membawa anak bayinya, terpaksa dua hari harus bermalam di terminal Semayang Balikpapan.

Saat ditanya kenapa harus rela menunggu cukup lama, Ratih mengungkapkan dikarenakan dengan kapal tarifnya hanya Rp 400 ribu. “Kalau naik kapal Bukit Siguntang nggak mampir ke daerah lain, tapi langsung dari Balikpapan ke Tarakan,” ujarnya.
Dari pantauan Ocean Week dilapangan, terlihat bahwa angkutan laut Nataru di Balikpapan kali ini cukup kondusif. Para calon penumpang juga terlihat sangat tertib menunggu di tempat yang sudah disediakan.
Saat hal itu ditanyakan kepada Hasan Sadili, Kasubdit Angkutan Laut Dalam Negeri Direktorat Lala Hubla Kemenhub, dikatakan bahwa angkutan Nataru untuk Balikpapan tak ada masalah. Layanan baik, seperti tiket, pencetakan boarding pas bagus, Pelni sudah menyiapkan peralatannya untuk cetak boarding, hanya saja penanganan di gedung terminal perlu lebih diperhatikan lagi, misalnya masalah ketertiban, dan penambahan kapasitas mesin e-ticketing.
“Untuk yang lain sudah bagus, masyarakat sudah cukup puas dengan layanan. Hanya saja Pelni perlu memperhatikan kebersihan di dalam kapal,” ujarnya didampingi Sugino dan Rio dari KSOP Balikpapan.
Kata Hasan, untuk Nataru Balikpapan sudah bagus, tak ada komplain dari calon penumpang. Pihak Pelindo juga sudah menyiapkan fasilitas terminal cukup bagus.
Ruang tunggu penumpang nyaman, fasilitas seperti mushola, toilet cukup memadai, sehingga membuat calon penumpang dibuat nyaman. (***)