Aktivitas bongkar-muat barang di sejumlah pelabuhan di Jawa Tengah, khususnya non migas terjadi penurunan. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat bongkar barang nonmigas di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Tanjung Intan Cilacap, dan Pelabuhan Tegal pada Mei 2017 sebanyak 525.193 ton atau turun 25,96 persen dibanding April yang mencapai 709.324 ton.
Wakil Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Tengah Andreas B. Wirohardjo, membenarkan bahwa distribusi barang non minyak dan gas (migas) di pelabuhan Jawa Tengah pada Lebaran tahun ini menurun. “Kami mengantisipasi pengiriman barang yang bisa macet saat angkutan Lebaran,” katanya, kepada wartawan di Semarang.
Sementara itu, surat edaran yang dikeluarkan Kepala Kantor Pelabuhan Batam terkait larangan agen untuk menyuplai minyak dari mobil ke kapal, membuat resah para agen minyak di wilayah ini. Larangan itu dinilainya bisa membunuh agen minyak di Batam.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah Margo Yuwono menyebutkan bongkar-muat di pelabuhan Jawa Tengah yang mengalami kenaikan lebih dari 100 persen adalah migas. “Bongkar-muat komoditas ini naik 100,66 persen dari 380.693 ton menjadi 763.915 ton,” ujarnya.
Margo juga mengatakan jumlah muat barang non migas antarpulau selama Mei hanya 9.204 ton atau turun 20,94 persen dibanding bulan sebelumnya 11.642 ton. “Sedangkan jumlah komoditas migas yang dimuat 377.472 ton, turun 41,98 persen dibanding April sebesar 650.577 ton,” ucapnya.
Secara keseluruhan, kata Margo, perdagangan luar negeri melalui moda angkutan laut di Pelabuhan Tanjung Emas dan Tanjung Intan, dengan jumlah bongkar barang pada Mei 2017, meliputi nonmigas 43.782 ton dan komoditas migas 11.300 ton. “Jumlah muat barang nonmigas 86.100 ton. Barang migas 2.500 ton,” ungkap Margo.
Untuk mengantisipasi macetnya kegiatan bongkar minyak saat Lebaran 1438 H, dan penumpukan barang digudang karena kebijakan pelarangan truk mengangkut barang non kebutuhan pokok, maka Andreas lebih memilih menahan pemesanan sejak awal Mei 2017. “Kalau barang menumpuk di gudang perlu biaya lagi,” ujarnya.
Berubah
Di Batam, saat ini para agen minyak hanya berharap dapat tetap mensuplay ke kapal-kapal, sebab perusahaan di sini sekarang ini sudah tidak jalan lagi.
Menurut Alex, salah satu agen kapal, awalnya para agen bisa menyupali minyak ke pelabuhan resmi. Lalu kebijakan berubah, para agen diminta menyuplai ke pelabuhan khusus.
Peraturannya kemudian berubah lagi. “Sekarang kami (para agen) dilarang untuk mengisi minyak dari mobil ke kapal. Jadi kami harus bagai mana. Kalau alasanya untuk Safety, kami siap untuk mengikuti aturannya, apakah harus memberikan seperti racun api atau bagaimana siap saja,” ungkapnya.
Menurut Alex, setelah keluarnya surat edaran dari Kepala Kantor Pelabuhan Batam, menyusul keluar surat telegram dari kementrian perhubungan.
“Jadi duluan surat kepala kantor ini pada tanggal 7 juni 2017. Sementara telegram kementerian Perhubungan itu tanggal 16 Juni 2017. Dalam telegram itu menyebutkan Kantor pelabuhan harus menyediakan tempat khusus. Tapi nyatanya tidak ada,” kata Alex.
Dia berharap supaya masalah ini tidak berlarut-larut. “Kami berharap kepada DPRD Batam untuk dapat membahasnya dengan pihak Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan.
“Jangan sampai nanti kami rumahkan karyawan karena tidak ada job lagi. Ini sudah hampir satu bulan sepi orderan,” tegasnya. (t/trbn/**)