Setelah berhasil melewati krisis keuangan global tahun 2009, banyak kegiatan di pelabuhan dunia yang mulai tumbuh. Bahkan jumlah throughput port kontainer global melonjak pada kuartal ketiga tahun ini.
Menurut survei pelabuhan kuartalan Alphaliner – yang mencakup 200 pelabuhan yang mewakili sekitar 75% penanganan kontainer global – throughput global tumbuh 7,7% dari tahun ke tahun.
Pada kuartal ketiga kenaikan mencapai 7,4% dan 5,8% dibandingkan di kuartal pertama dan kedua, masing-masing, dan pertumbuhan terlihat di setiap wilayah, bahkan Amerika Latin, termasuk Brasil.
Volume Amerika Selatan dan Tengah tumbuh 10% secara keseluruhan, pertumbuhan dua digit juga terjadi di seluruh Meksiko, sementara pintu gerbang utama Brasil, Santos tumbuh 6,6%. Dan pertumbuhan pun terlihat di Rio Grande, Paranagua dan Itajai.
Sementara itu, volume kargo yang ditangani di Pelabuhan Singapura pada bulan Januari-Oktober 2017 berdasarkan catatan Port Authority meningkat sebesar 5,9%, dari tahun ke tahun, menjadi 519,68 juta ton. Sedangkan volume kargo minyak naik sebesar 6% menjadi 192,75 juta ton, pengiriman kargo curah kering hampir rata pada 15,14 juta ton.
Sementara itu, Throughput kontainer pelabuhan naik 8,5% menjadi 27,73 TEUs.
Singapura adalah negara kota yang terletak di sebuah pulau di Asia Tenggara. Pada 2016, lalu lintas peti kemas di Pelabuhan Singapura mencapai 30,9 TEUs, total throughput kargo 593,3 juta ton.
Di tempat lain, Direktur Utama PT Pebuhan Indonesia (Pelindo) II Elvyn G. Masassya mengatakan, saat ini volume bongkar muat di Tanjung Priok masih sekitar 7 juta TEUs (JICT, TPK Koja, MAL, MPCT1, Pelabuhan III Priok). Namun, jika terminal Kalibaru serta New Priok Container Terminal (NPCT) II dan III sudah rampung maka ada potensi peningkatan hingga 11,5 juta TEUs.
Kenaikan juga terjadi di TPS Surabaya, meski hanya 1 %. Beberapa waktu lalu Kepala Humas Terminal Peti Kemas Surabaya (TPS) M Solech menyatakan, ada peningkatan pada periode Januari-Juni 2017 sebanyak 637.410 TEUs atau naik sekitar 1 % dibanding periode yang sama 2016 sebanyak 631.238 TEUs. “Kenaikan itu melebihi target produktivitas bongkar muat peti kemas ekspor impor sebanyak 595.135 TEUs,” ujarnya.
Dari TPK Kariangau diperoleh informasi bahwa tahun lalu, TPK Kariangau hanya menangani rata-rata 12 ribu boks per bulan. Tetapi, tahun ini, naik menjadi rata-rata 17 ribu per bulan.
“Ini baru uji coba. Selanjutnya, volume angkut kapal akan meningkat, bisa 1.500 hingga 2.000 Twenty Foot Equivalent Units(TEUs). Pelayaran besar ini baru di buka sejak Agustus lalu,” kata Direktur Utama PT KKT M Basir.
Dia menjelaskan, volume angkut layanan transshipment sebanyak 1.000 (TEUs) dari kapasitas angkut 3.500 TEUs, dengan frekuensi angkut dua kali dalam sepekan. Dari jumlah itu 20 persen di antaranya turun di TPK Kariangau.
Untuk Pasar barat yang maju di Amerika Utara dan Eropa juga mengalami pemulihan yang kuat dalam volume, didukung oleh berlanjutnya kekuatan ekonomi AS. Port Amerika Utara melihat pertumbuhan gabungan sebesar 8,7%; Eropa Utara sebesar 4,7% dan wilayah Mediterania dan Eropa Selatan lainnya sebesar 8,2%.
Pertumbuhan di pelabuhan China, termasuk Hong Kong, mencapai 9,3%, melampaui pelabuhan lain di Asia Utara dan Asia Tenggara, yang masing-masing tumbuh 4,3% dan 4,2%.
Port terkuat adalah gerbang kontainer, bukan hub pengangkutan. Kegiatan impor di Los Angeles, New York dan Rotterdam semuanya mengalami peningkatan dua digit, meskipun pertumbuhan lebih banyak diredam di Antwerp dan Hamburg, yang meningkat masing-masing 5,8% dan 1,2%. Pertumbuhan dua digit juga terlihat di sejumlah gerbang ekspor China.
Gambaran untuk hub transhipment jauh lebih beragam, bagaimanapun, karena pengaruh struktur aliansi baru. Singapura misalnya naik 9,9%; pusat pengangkutan Malaysia 2M di Tanjung Pelepas 13% dan bahkan Hong Kong membalikkan penurunan jangka panjang untuk mencatat pertumbuhan volume sebesar 4,9%.
Sebaliknya, Port Klang di Malaysia turun 15,1%, dan Algeciras terus merasakan dampak persaingan di dekatnya dari pesaing Tangier dan Spanyol seperti Las Palmas dan Valencia untuk mengirim penurunan 19,4% dalam volume.
“Meskipun tingkat pertumbuhan volume tinggi tercatat pada kuartal ketiga, operator sebagian besar gagal memanfaatkan kondisi permintaan yang membaik,” kata Alphaliner.
Diharapkan peningkatan armada global terus berlanjut sampai akhir tahun, dengan kapasitas meningkat mencapai 9% pada akhir bulan lalu.
Bagaimana Indonesia mampu menangkap peluang pertumbuhan perekonomian tersebut. Ini mesti benar-benar jadi peluang bagi para operator pelabuhan di Indonesia. (ow/dari berbagai sumber)