Operator terminal petikemas di Indonesia terus berusaha melakukan pengembangan dan pengembangan fasilitas, termasuk perubahan sistem layanan. Hal itu pun dilakukan oleh pengelola TPK Samarang.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai rencana pengembangan terminal ini, atau apakah masalah yang masih dihadapi, serta pencapaian kinerja operasional nya, jurnalis Ocean Week (OW) mencoba mewawancarai Widyaswendra (W), corporate secretary PT Pelindo Terminal Petikemas, baru-baru ini, berikut petikannya.
OW : bisa diceritakan capaian kinerja operasional TPKS tahun 2025, apakah turun atau naik dibandingkan tahun 2024?
W : Secara umum, kinerja operasional TPKS pada tahun 2025 menunjukkan tren peningkatan dibandingkan tahun 2024. Peningkatan tersebut tercermin dari:
1. Pertumbuhan arus petikemas hingga +/- 15 %, 2. Perbaikan produktivitas bongkar muat, 3. Konsistensi kinerja Efektifitas Time dibanding berthing time;
4. Adanya perbaikan kinerja Yard Occupancy Ratio. 5. Kinerja pelayanan truk eksternal yang tetap stabil
Pencapaian ini merupakan hasil dari transformasi operasional dengan tema unlock capacity yang dilakukan di awal tahun 2025 dengan cara optimalisasi peralatan dan fasilitas baik dari sisi seaside maupun landside, konsistensi dalam peningkatan berkelanjutan atas strategi perencanaan dan pengendalian operasi (penguatan fungsi P&C). Selain upaya tersebut, penyelarasan koordinasi dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan juga terus dilakukan di tengah tantangan dinamika arus barang serta berbagai tantangan kondisi eksternal.
OW : apa rencana pengembangan TPKS tahun 2026 dan berikutnya?
W : Pengembangan TPKS ke depan difokuskan pada penguatan kapasitas, modernisasi peralatan dan fasilitas, peningkatan efisiensi, dan akselerasi digitalisasi layanan yang terintegrasi.
Strategi yang akan dijalankan antara lain:
– Peningkatan kompetensi dan kapabilitas SDM sejalan dengan transformasi terminal berbasis Planning and Control .
• Pengembangan dan optimalisasi fasilitas dermaga dan container yard dengan melakukan peninggian dermaga dan expand capacity beberapa container yard yang akan segera dimulai pada tahun 2026.
• Modernisasi peralatan bongkar muat untuk meningkatkan produktivitas dan keandalan alat, antara lain dengan pengadaan 4 unit QCC dan penambahan 27 unit Head truck dan chasis baru pada awal tahun 2026.
• Penguatan sistem teknologi informasi yang terintegrasi dengan ekosistem kepelabuhanan dan kebutuhan pengguna jasa.
OW : bagaimana dengan pelaksanaan Terminal Booking System (TBS) di TPKS, konon menjadi percontohan, kok bisa ya?
W : TBS di TPK Semarang telah dimulai pada tahun 2022, sehingga saat ini merupakan TBS versi yang telah dilakukan berbagai perbaikan dan inovasi. Implementasi Terminal Booking System (TBS) di TPKS dapat menjadi percontohan karena dilakukan melalui pendekatan menyeluruh dan berkelanjutan. TPKS tidak hanya membangun sistem, tetapi juga memastikan dapat berjalan di ekosistem pelabuhan meliputi kesiapan proses bisnis, SDM yang menjalankan serta melibatkan partisipasi dari para pengguna jasa.
OW : maksudnya ?
W : Manajemen secara aktif melakukan sosialisasi, evaluasi, dan penyempurnaan sistem dan prosedur berdasarkan masukan pengguna jasa. Dengan dukungan tersebut, TBS mampu meningkatkan keteraturan arus truk, mengurangi kepadatan, serta mendukung efisiensi operasional terminal secara keseluruhan.
Dalam menyempurnakan implementasi TBS, sejak April 2025 TPKS telah menyiapkan Waiting Area yang tidak hanya dipergunakan driver untuk menunggu pelayanan dan istirahat sejenak secara layak dengan fasilitas yang lengkap namun juga berfungsi sebagai One Stop Solution bagi para driver dalam pengurusan administrasi di terminal seperti pendaftaran STID, DRIVER ID, safety induction dan cek kesehatan gratis dalam beberapa kesempatan.
OW : apa kendala yang masih terjadi di TPKS ini?
W : Sebagaimana terminal lain, TPKS masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama terkait fluktuasi volume pada periode tertentu, lonjakan signifikan pertumbuhan industri di Jawa Tengah, kepatuhan pengguna jasa terhadap sistem operasional, serta faktor eksternal seperti aksesibilitas, resilient menghadapi cuaca, tantangan rob dan penurunan tanah dalam beberapa lokasi mencapai 12 cm per tahun di area Terminal.
Namun demikian, manajemen secara konsisten melakukan mitigasi melalui penguatan perencanaan, peningkatan koordinasi lintas instansi, serta penyempurnaan sistem dan prosedur operasional agar dampaknya dapat diminimalkan.
OW : Apakah benar kapal sering mengantri untuk masuk ke TPKS?
W : dalam kondisi normal, perencanaan sandar kapal telah diatur melalui berthing window yang terkoordinasi dengan pihak pelayaran. Antrian kapal tidak bersifat rutin, namun dapat terjadi pada kondisi tertentu seperti peak season, saat terdapat anomaly cuaca atau kongesti di pelabuhan-pelabuhan sebelumnya yang menyebabkan keterlambatan kedatangan kapal di Pelabuhan Tanjung emas, akan tetapi ketidakteraturan kedatangan kapal ini bisa dikoordinasikan dengan pelayaran dan masih dilayani melalui optimalisasi fungsi berth planning dengan penyusunan forecast yang akurat dan aktual.
Manajemen terus melakukan optimalisasi utilisasi dermaga dan peningkatan koordinasi agar waktu tunggu kapal dapat ditekan sesuai standar pelayanan yang ditetapkan.
OW : Harapan sebagai operator terminal apa?
W : Harapan kami sebagai operator adalah agar TPKS dapat terus tumbuh menjadi terminal petikemas yang andalan, efisien, dan berdaya saing, serta mampu memberikan layanan kelas dunia bagi para pengguna jasa, seiring dengan tumbuhnya industri di jawa tengah.
Kami juga berharap adanya sinergi yang kuat dengan seluruh pemangku kepentingan, konsistensi penerapan sistem dan regulasi, serta dukungan berkelanjutan dalam pengembangan infrastruktur dan SDM, sehingga TPKS dapat berkontribusi optimal terhadap kelancaran logistik nasional
Langkah ini diharapkan mampu mendukung pertumbuhan jangka panjang dan meningkatkan daya saing TPKS. (***)





























