Meski sudah tiga tahun lebih, visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia
dideklarasikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi), dan berbagai kebijakan serta program pembangunan telah diambil dan dilaksanakan untuk mencapai visi tersebut. Namun demikian, jika dalam tataran operasionalisasi kebijakan di lapangan, masih terdapat berbagai kendala yang perlu dicarikan solusinya.
Oleh karena itu, Ikatan Alumni Fakultas Teknologi Kelautan ITS (IA-FTK ITS) pada Selasa (23/1) menggelar Maritime Focus Group Discussion (MFGD), bertema ‘Terobosan Industri dan Teknologi Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia 2025.
Kegiatan diselenggarakan di Gedung Kementerian Perindustrian Jakarta, dibuka oleh Ir. Harjanto, M Eng, mewakili Menteri Perindustrian Hartarto, sekaligus sebagai Keynote Speaker.
Pada kesempatan itu, Harjanto mengungkapkan, tiga tahun Poros Maritim Dunia dicanangkan Presiden Joko Widodo, Indonesia sudah memiliki kebijakan kelautan Indonesia. “Namun, pada tataran pelaksanaan, masih ditemui sejumlah kendala seperti tingginya impor teknologi maritim dan belum adanya kebijakan Industri Maritim,” katanya.
Makanya perlu adanya kajian lebih lanjut untuk mencari solusi dari permasalahan-permasalahan tersebut.
Kendala yang ada, menurut Siswanto (Ketua Pelaksana MFGD), kepada Ocean Week, per tepon Selasa malam, karena masih kurangnya kualifikasi SDM pada penguasaan teknologi dan industri sektor maritim, lalu kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta masih tingginya ketergantungan teknologi dan industri maritim pada barang impor, keberpihakan dan dukungan sektor finansial, maupun kebijakan yang masih tumpang-tindih atau ada ‘celah’ kebijakan.
Sebagai contoh, ungkap Siswanto, belum adanya peraturan tentang kebijakan Industri Maritim walaupun Kebijakan Kelautan Indonesia sudah ada. “Disinilah, peran teknologi dan industri maritim sebagai prime mover atau penggerak mesin ekonomi maritim Indonesia perlu diperkuat agar efisien, berdaya saing tinggi, dan
berkelanjutan,” ujarnya.
Dengan demikian, lanjutnya, teknologi dan industri maritime hasil karya dan milik anak bangsa menempati posisi vital sebagai kunci keberhasilan pencapaian Visi Besar Poros Maritim Dunia.
Selain membahas hal-hal itu, Siswanto juga menyinggung bahwa masalah pelabuhan pun menjadi pembicaraan cukup serius. “Kami juga membahas masalah kepelabuhanan,” ucapnya lagi.
Sementara itu, Puji Winarto, salah satu GM PT Krakatau Bandar Samudera (KBS) mengungkapkan bagaimana pentingnya pelabuhan yang terhubung dengan kawasan industri. “Kondisi saat ini sangat diperlukan pelabuhan-pelabuhan yang langsung terhubung ke kawasan industri, sehingga efisien, menghemat waktu dan biaya logistik, sehingga pada ujungnya harga barang lebih murah,” katanya.
Pada acara MFGD, hadir berbagai pakar kelautan dari akademisi, maupun para praktisi kemaritiman dan kepelabuhanan. (***)