PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP) akan fokus pada empat hal pada 2025 mendatang.
Pertama pengurangan port stay dan cargo stay. PTP konsisten menjaga efisiensi operasional guna mendukung kelancaran logistik dan kepuasan customer.
“Penambahan pelanggan di sektor minyak & gas British Petroleum, Medco, dan Pertamina. Kemudian terminalisasi di cabang strategis, upaya meningkatkan market share. Kemudian Investasi dalam peralatan bongkar muat, investasi pada peralatan seperti crane dan conveyor,” ujar Indra Hidayat Sani, Dirut PTP, saat Media Luncheon dengan para Insan Pers yang tergabung di Indonesia Port Editor Club (IPEC), bertempat di Restauran Wiro Sableng, Kelapa Gading, Jakut Kamis (12/12/2024).
Indra mengemukakan jika pada tahun 2024 ini penuh dengan tantangan sekaligus peluang, begitu pula di tahun depan. “Justru ini yang memotivasi kami untuk bisa menghadapi dan melewatinya,” katanya lagi.
Saat ini, ungkap Indra, PTP mengklaim meraih penguasaan pasar (market share) volume layanan bongkar muat kargo non petikemas sebanyak 50% pada 11 cabang pelabuhan yang dikelola Pelindo Regional 2.
Dari sisi kinerja juga semakin membaik, misalnya untuk penekanan yang dilakukannya pada port stay. Misalnya untuk Tanjung Priok, Palembang, Panjang, Pangkal Balam, dan Teluk Bayur yang tadinya 3 hari menjadi dua hari.

“Kami meski sudah meraih market share sebanyak itu (50%), namun tetap ingin bersinergi dengan perusahaan bongkar muat (PBM) yang telah eksisting di pelabuhan, apalagi sesuai UU No:66/2024 Tentang Perubahan ke Tiga UU No:17/2008 Tentang Pelayaran, bahwa PTP akan ber partnership atau bermitra dengan perusahaan bongkar muat (PBM), dengan memperkuat layanan dermaga multipurpose/konvensional,” kata mantan GM TPK Koja tersebut.
Indra Sani juga menyakini jika kinerja PTP semakin bagus, hal itu terlihat dari indikator produktivitas Ton/Ship/Day di sejumlah pelabuhan, seperti di Pelabuhan Teluk Bayur Sumatera Barat hingga September mencapai 6.382,56 Ton/Ship/Day dari RKAP yang dipatok 5.398,73, kemudian PTP pelabuhan Panjang, yang ditarget RKAP 2.508,84, terealisasi 3.519,51. “Begitupun yang telah kami lakukan di sejumlah pelabuhan lainnya,” jelasnya.
Kemitraan PBM dan PTP itu juga terkait dengan komitmen ketercapaian produktifitas termasuk pemanfaatan alat utama existing Pelindo, komitmen penerapan K3 (Health, Safety & Security), serta komitmen Pemanfaatan fasilitas pelabuhan atau pemeliharaan aset dermaga.
Indra Sani menegaskan, PTP juga berkomitmen dalam mendukung kelancaran arus barang dan logistik dari dan ke pelabuhan.
Saat in, ungkap Indra, terdapat tiga komponen utama yang berkontribusi dalam menentukan besaran biaya logistik, yakni biaya transportasi, pergudangan, inventory dan administrasi.
“Pelabuhan hanya salah satu mata rantai dalam sistem logistik tersebut,” jelas Dirut PTP.
Indra pun bercerita kalau perseroan terus melakukan berbagai upaya untuk memperluas pasarnya. Pihaknya juga tak mau disebut hanya jago kandang, karena sekarang sudah pula mengoperasikan TUKS milik perusahaan swasta melalui kerjasama. “Di Teluk Bayur, kami bekerjasama dengan PT Bukit Asam, untuk penggunaan dermaga, dan bongkar barang milik Bukit Asam juga yang mengerjakan PTP,” ujarnya.
Selain itu, PTP juga melakukan support kepada Offshore, seperti di Lhokseumawe Aceh.
“Dan ini akan kerjasama dengan Pemda Maluku untuk sebuah proyek besar disana,” kata Indra Hidayat Sani.
Dia optimis kedepan, kinerja perseroan akan semakin membaik, dan Raihan pasar pun semakin meluas. (***)