Throughput pelabuhan Indonesia masih sulit untuk bersaing dengan pelabuhan di Malaysia, pelabuhan di Singapura.
Data yang berhasil dicatat Ocean Week pada tahun 2024, volume total peti kemas dari berbagai pelabuhan daerah di Indonesia, termasuk di Jakarta mencapai 17,7 juta TEUs (twenty-foot equivalent units). Hingga semester 1 tahun 2025, petikemas yang sudah ditangani sekitar 6,3 juta TEUs.
Bandingkan dengan throughput di tiga pelabuhan di Malaysia, yakni Klang, Tanjung Pelepas, dan Penang.
Pelabuhan Klang pada tahun 2024 mencatatkan throughput 13,8 juta TEUs, sedangkan Tanjung Pelepas mencapai 12,25 juta TEUs, dan pelabuhan Penang tercatat 1,2 juta TEUs. Sehingga total mencapai sekitar 28 juta TEUs.
Sementara dua pelabuhan Singapura yakni PSA dan Tuas pada tahun yang sama mencapai 50-an juta TEUs.
Pelabuhan Tuas Singapura telah menangani 10 juta unit kontainer (TEUs) sejak mulai beroperasi pada September 2022. Sedangkan PSA pada tahun 2024 berhasil menangani 41 juta TEUs lebih.
Pencapaian ini menyoroti signifikansi strategis Pelabuhan Tuas dalam industri rantai pasokan dan logistik Singapura. Hal ini juga menunjukkan efisiensi operasional, teknologi, dan infrastruktur pelabuhan.
PSA pada 24 Februari 2025 menyatakan pencapaian ini merupakan hasil kolaborasi antara pelanggan, mitra, dan tenaga kerja PSA.
Pelabuhan Tuas sedang dikembangkan dalam empat tahap dan akan menjadi pelabuhan otomatis sepenuhnya terbesar di dunia pada tahun 2040-an. Saat ini memiliki 11 tempat berlabuh operasional. Ketika beroperasi penuh pada tahun 2027, tahap 1 Pelabuhan Tuas akan memiliki 21 tempat berlabuh yang dapat menangani 20 juta TEUs per tahun. Totalnya, pelabuhan ini akan memiliki 66 tempat berlabuh pada tahun 2040-an.
Ong Kim Pong, kepala eksekutif grup PSA Internasional, mengatakan pelabuhan mega ini memiliki posisi yang baik untuk memenuhi kebutuhan industri rantai pasokan global yang terus berkembang dengan skala, kapasitas, dan kemampuan canggihnya. Pelabuhan Tuas dibuka secara resmi pada 1 September 2022, dengan tiga tempat berlabuh operasional.
Saat pembukaan, Lars Kastrup, kepala eksekutif jalur pelayaran lokal PIL, sebagaimana dikutip dari The Straits Times mengatakan bahwa pelabuhan tersebut diperkirakan mampu menangani lebih dari 25 hingga 30 kontainer per jam.
Operasi di terminal Tanjong Pagar, Keppel, dan Brani akan dipindahkan ke pelabuhan pada tahun 2027. Terminal Pasir Panjang akan tetap buka hingga operasinya terkonsolidasi di Pelabuhan Tuas pada tahun 2040-an.
“Pelabuhan Tuas akan terus meningkatkan konektivitas Singapura ke pasar global dan memperkuat daya saingnya di industri pelabuhan dan rantai pasokan internasional,” kata Nelson Quek, CEO regional Asia Tenggara di PSA Internasional.
Pada tahun 2024, pelabuhan Singapura mencatat rekor baru 3,11 miliar tonase kotor lalu lintas kapal yang tiba, dibandingkan dengan 3,09 miliar tonase kotor pada tahun 2023. Ini merupakan pelabuhan kontainer tersibuk kedua di dunia setelah Shanghai. Pelabuhan ini juga menangani 41,12 juta TEUs pada tahun 2024, melampaui rekor 2023 sebesar 39,01 juta TEUs.
PT Pelindo melalui subholding PT Pelindo Terminal Petikemas terus berupaya menggenjot peningkatan volume petikemas yang ditanganinya.
Namun, sejumlah pelaku pelayaran petikemas lokal pesimis Indonesia bisa menyaingi kedua negara tetangga RI tersebut. “Berat buat Indonesia untuk bersaing dengan mereka (Singapura dan Malaysia), terkecuali Indonesia punya terobosan seperti kedua negara itu, misalnya tarif murah, layanan cepat, dan menggandeng pelayaran internasional. Tapi, apakah mau dan bisa,” kata salah seorang tokoh pelayaran yang tak mau disebut namanya. (***)