Pelayaran sangat mendukung program sistem pembayaran jasa kepelabuhanan yang terintegrasi (Integrated Billing System/IBS) secara nasional, karena akan mempermudah beberapa transaksi di bisnis sektor ini
“INSA pada prinsipnya sangat mendukung IBS karena dapat mempermudah beberapa transaksi dibisnis kepelabuhanan,” kata Steven Lesawengan, Ketua INSA Surabaya, kepada Ocean Week, Minggu (16/6).
Menurut Steven, dengan sistem tersebut juga menghindari adanya pertemuan antara pengguna jasa dan petugas. “Sistem itu cukup positif bagi kami selaku pengguna jasa pelabuhan,” ujarnya
Prasetyadi, Direktur Operasi PT Pelindo II mengemukakan bahwa pelabuhan di wilayah operasionalnya juga sudah menerapkan IBS.
“Pelindo II (Tanjung Priok) sudah terapkan IBS. Bahkan sejumlah layanan juga sudah menggunakan elektronik sistem secara online,” kata Prasetyadi.
Sebelumnya Direktur Utama PT Pelindo III Doso Agung menyatakan, empat BUMN operator pelabuhan, yakni PT Pelabuhan Indonesia I, II, III, dan IV mengembangkan Integrated Billing System (IBS) atau sistem pembayaran jasa kepelabuhanan terintegrasi secara nasional.
“Sebelumnya setiap Pelindo memiliki sistem pembayaran sendiri yang berlaku sesuai wilayah kerjanya masing-masing. Kemudian Menteri BUMN memberikan arahan agar keempat Pelindo bersinergi menyusun dan menerapkan sistem pembayaran tarif jasa kepelabuhanan berbasis elektronik (single billing) yang terintegrasi secara nasional,” kata Doso Agung dalam Sosialisasi IBS Nasional yang dihadiri oleh Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah, Direktur Operasi dan Komersial Pelindo III Putut Sri Muljanto, Direktur Keuangan Pelindo III Iman Rachman, serta jajaran direksi Pelindo, Jumat (14/6) di Denpasar, Bali.
Mantan Dirut Pelindo IV ini mengemukakan, sekarang dengan kemajuan teknologi dan jaringan internet telah mampu mengeliminasi keterbatasan pertemuan fisik dan waktu dalam memberikan pelayanan jasa yang prima. Standarisasi ini membuat proses bisnis berjalan lebih simple dan terukur, sehingga dapat tercapai efisiensi yang diharapkan akan berimbas positif untuk menekan biaya logistik nasional.
Pelindo III sendiri sebenarnya sudah mengimplementasikan single portal IBS yang memiliki layanan, yaitu e-registration, e-booking, e-tracking, e-payment, e-invoice, e-billing, dan e-care.
Semuanya itu telah mencakup seluruh tahap layanan yang dibutuhkan pengguna jasa pelabuhan dalam satu portal digital. Bahkan sejak akhir 2016, IBS Pelindo III telah terintegrasi dengan Inaportnet milik Kementerian Perhubungan untuk wilayah operasi Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Setahun kemudian pada 2017 mulai diterapkan di pelabuhan lainnya di wilayah kerja Pelindo III. Lalu pada tahun 2018 lalu telah terintegrasi dengan Sistem Informasi Perdagangan Antarpulau (SIPAP) milik Kementerian Perdagangan.
Di ajang Forum Teknologi Informasi (Forti) Kementerian BUMN Awards 2018 lalu Pelindo III memperoleh 2 penghargaan dan menempati peringkat keempat untuk kategori IT Governance Awards 2018 dengan nilai maturity level teknologi yang di atas 3. Pada ajang tersebut Pelindo III juga menjadi satu-satunya BUMN sektor maritim yang meraih penghargaan Forti BUMN 2018.
Putut Sri Muljanto mengungkapkan, kesiapan sistem teknologi informasi yang dimiliki Pelindo III diharapkan dapat berkontribusi dalam penyiapan The New IBS yang akan berlaku pada pelabuhan di wilayah kerja keempat Pelindo.
Para pengguna jasa kepelabuhanan nantinya cukup mengatur kebutuhannya secara online melalui aplikasi dalam telepon genggam dengan 3 layanan utama, yaitu e-booking untuk memesan layanan, e-billing untuk mengakses tagihan, dan e-payment untuk membayar secara online.
Pada fase awal dari kerja sama tersebut masing-masing Pelindo akan menunjuk 1 terminal peti kemas yang akan diintegrasikan, yaitu TPKD Belawan milik Pelindo I, TP 2 Priok milik Pelindo II, TPK Banjarmasin milik Pelindo III, dan TP Tarakan milik Pelindo IV.
“Di tahap awal akan fokus pada segmen peti kemas dengan formulir yang telah terstandarisasi untuk proses receiving dan delivery peti kemas. Nantinya setelah lancar akan terus dikembangkan pada pelabuhan lain dan komoditas kargo lainnya,” ungkapnya optimis.
Edwin Hidayat Abdullah berpesan bahwa pelabuhan memiliki peran penting sebagai pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi secara regional. Antarpelindo harus saling bekerjasama untuk mengembangkan collective value. Termasuk memberikan pelayanan terbaik yang transparan dan fairness, agar pengguna jasa nyaman.
“IBS merupakan bagian dari rencana besar negara membuat pelabuhan berkembang berbasis ekosistem. Sehingga kebutuhan apapun untuk lalu lintas barang jasa melalui pelabuhan langsung terintegrasi dengan sistem perekonomian di wilayah tersebut,” katanya. (pld3/***)