Sistem inaportnet versi 1 dan inaportnet versi 02, serta Deliveru Order (DO) Online yang sudah dicanangkan pemerintah (Kemenhub) dari tahun lalu di 4 pelabuhan utama yakni Makassar, Perak, Tanjung Priok, Belawan, ditambah Tanjung Emas Semarang, dan berjalan cukup normal, meski masih terdapat berbagai kendala dalam implementasinya, namun hingga kini masih bisa diatasi.
Di Pelabuhan Belawan (BICT maupun di Non Petikemas) penerapan sistem elektronik online tersebut sudah berjalan dengan baik, tanpa ada kendala berarti. Bahkan di Pelindo I, penerapan digitalisasi tersebut sudah sangat siap.
Demikian diungkakan Kepala Otoritas Pelabuhan (OP) Belawan Jece J. Paris, serta GM Belawan International Container Terminal (BICT) Aris Zulkarnain, maupun Khairul Ulya, Manager Umum & IT Pelindo Cabang Belawanm kepada Ocean Week, di kantor masing-masing, Senin (10/12).
“Namun meski sudah jalan, masih ada kendala pada implementasinya, cuma tidak sampai mengganggu kegiatan di pelabuhan. Dan kami setiap bulan terus melakukan evaluasi bersama institusi terkait yang ada di pelabuhan Belawan ini,” kata Jeje didampingi para Kabidnya, serta Humas OP Belawan.

Sementara itu PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) atau Pelindo 1 secara konsisten terus meningkatkan kualitas Khairul Ulya maupun Aris Zulkarnain jug mengklaim kalau Pelindo I Belawan dan BICT sudah sangat siap dengan penerapan sistem digital. “Begitu pula dengan SDM-nya, kami juga suah siap,” ungkap keduanya bersemangat.
Ketiganya pun mengaku jika penerapan sistem digital (inaportnet dan DO Online) tersebut sudah terintegrasi antara kantor OP, Pelindo Belawan, BICT maupun institusi terkait lainnya. “DO Online di BICT sudah berjalan 100%,” ujar Aris menambahkan.
Begitu pula dengan Khairul Ulya yang mengungkapkan kalau Pelindo Cabang Belawan pun sudah siap, dan katanya sudah terintegrasi dengan yang lain. “DO Online itu melibatkan berbagai institusi, tapi Pelindo Belawan sudah siap, bahkan sudah terintegrasi dengan yang lain,” kata Aris sewaktu disinggung soal itu.
Ketiganya berharap, digitalisasi di pelabuhan Belawan (BICT maupun Multipurpose Terminal) dapat berjalan dengan baik tanpa ada hambatan. “Kalau terjadi kendala di lapangan, antisipasi sudah dilakukan,” kata mereka.
Sementara itu, Ocean Week yang pada Senin (10/12) siang menyempatkan melihat di berbagai dermaga di pelabuhan Belawan dan BICT, terlihat sedang ada kegiatan bongkar muat.
Di dermaga Multipurpose, kapal ISA Victory sedang membongkar garam asal pulau Madura. Pembongkaran dilakukan secara truck lossing. “Biasanya bongkar garam bisa memakan waktu hingga 4-5 hari. Kalau cuaca bagus yang bisa cepat,” ungkap Mufthi, Humas Pelindo Cabang Belawan yang waktu itu mendampingi Ocean Week.
Sementara kapal tanker Auaries yang tak jauh dari ISA Victory juga tengah memuat CPO untuk tujuan Singapore. Diantara kedua kapal itu, ada pula kapal Daya Utama 01 yang sedang membongkar muatannya.
Target Rp 1,1 Triliun
Khairul Ulya saat dikonfirmasi Ocean Week, menyatakan jika Pelindo Belawan ditargetkan bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 1,1 triliun di tahun 2019 mendatang, setelah pada tahun 2018 ini perseroan membukukan pendapatan sekitar Rp 800 miliar lebih.

“Tahun 2019 merupakan tahun dimana kami fokus pada operasional terhadap semua fasilitas yang sudah dibangun di tahun-tahun sebelumnya dan sudah selesai semua di tahun ini,” kata Khairul Ulya.
Dia optimistis, target sebesar itu dapat tercapai. Menurut Khairul, pendapatan tersebut ditopang dari sekor usaha pemanduan-penundaan, lalu dari tanki timbun yang full dioperasikannya sendiri, persewaan gudang. “Selain itu, ada pula pendapatan dari kegiatan di curah cair maupun curah kering, dan sebagainya,” ucapnya penuh canda tawa.
Khairul pun menceritakan mengenai penataan pada Terminal Multipurpose curah kering yang saat ini memiliki kapasitas gudang 30.000 ton, dan conveyor yang mampu melayani 1.000 ton per jam. DIlengkapi pula dengan truck loading conveyor 4 unit.
600 Ribu TEUs
Sedangkan GM BICT Aris Zulkarnain mengungkapkan bahwa terminal yang dikelolanya ini pada tahun 2019 nanti ditargetkan mampu menangani sekitar 600 ribu TEUs, naik dibandingkan tahun 2018 yang mencatatkan sebanyak 500-an ribu TEUs.

“Kami yakin target itu bisa kami raih dengan melihat pertumbuhan yang terus terjadi dari tahun ke tahun belakangan ini,” ungkap Aris didampingi para Manager BICT dan Irwansyah, Humasnya.
Bagi BICT, service kepada para pengguna jasanya menjadi prioritas utama. “Yang paling penting customer bisa dilayani dengan cepat,” ucapnya.
Dari BICT, tambahnya, sudah pula banyak kapal yang direct ke Singapura maupun Port Klang Malaysia. “Kami memang khusus menangani kapal-kapal internasional, karena yang untuk domestik ada sendiri yang tangani. Dulu sebelum ada pemisahan, kami semua yang layani,” jelas Aris.
Cuma, menurut dia, masih ada kendala terhadap kegiatan keluar masuk kapal, karena sendimentasi alur masuk ke BICT, sehingga masih -9 meter. Padahal, terminal ingin ada kapal-kapal besar masuk kesini, tapi karena kendala alur masuk, menjadikan kapal-kapal besar belum bisa dilayani di BICT.
“Kami berharap pemerintah (Kemenhub) bisa melakukan pengerukan, karena sekarang untuk pengerukan menjadi domainnya mereka (Kemenhub),” ujarnya.
Untuk efisiensi waktu layanan di BICT, kata Aris, pihaknya pun sudah menerapkan Integrated Billing System (IBS), sehingga penyandaran kapal dengan sistem window atau jadwal yang telah direncanakan, tepat waktu sesuai yang telah ditetapkan.
“Penerapan IBS ini sesuai dengan program yang dicanangkan oleh Kementerian BUMN untuk mengintegrasikan sistem pelayanan jasa kepelabuhanan bagi pengguna jasa secara online. Penerapan sistem IBS sudah dilaksanakan di Belawan International Container Terminal (BICT),” tuturnya.
Penerapan IBS, menurut Aris, sangat menguntungkan shipping lines dan pengguna jasa, karena efisiensi waktu, memangkas birokrasi, serta mengurangi lamanya antrean, maupun efisiensi biaya. “Tahun 2016 diimplementasikan, dan baru tahun 2017 sudah online 100%,” ungkapnya lagi.
Pengguna jasa dalam melakukan permohonan dokumen pelayanan delivery dan receiving dapat melalui system online, tanpa perlu lagi datang ke kantor TPKDB. Bahkan pengguna jasa juga tidak perlu lagi melampirkan dokumen apapun karena data pesanan dan Delivery Online (DO) telah dikirim secara online oleh pelayaran atau container operator.
Di BICT, sekarang ini proses pelayanan receiving dan delivery secara online pun sudah diterapkan, dan ini diyakini Aris mampu memangkas waktu tunggu dan biaya bagi pengguna jasa.
“Layanan ini mencakup penggunaan booking online untuk ekspor dan Delivery Order (DO) online untuk impor. Dengan sistem online, para pengguna jasa bisa dilayani tanpa harus harus datang ke kantor BICT untuk melakukan permintaan pelayanan ekspor atau impor, cukup dari HP juga bisa,” jelasnya.
Sebelumnya, pengguna jasa perlu datang ke kantor BICT dengan membawa dokumen permohonan ekspor untuk receiving dan dokumen Delivery Order, Bill of Lading, Surat Kuasa, dan Surat Perintah Pengiriman Barang (SPPB) untuk delivery.
Namun, sekarang pengguna jasa cukup mengakses website ibs.pelindo1.co.id untuk memproses permohonan receiving dan delivery. Selanjutnya mencetak invoice, receiving card, dan Surat Pengeluaran Petikemas (SP2) melalui website.
BICT sekarang dilengkapi dengan 6 unit CC kapasitas 40 ton, 11 unit Transtainer/RTG 40 ton, head truck 19 unit, terminal tracktor 20 unit, side loader 1 unit kapasitas 7 ton, dan reach stacker 3 unit kapasitas 40 ton. Luas CY 158.464 m2, 3.342 groundslot. (rid/***)