PT Pertamina telah mengerahkan sejumlah peralatan untuk menangani insiden kebocoran yang menyebabkan munculnya gelembung gas di anjungan lepas pantai YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ).
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, kepada wartawan di kantor kementerian ESDM mengatakan, setidaknya ada 27 kapal dan 13 unit penghalang minyak yang mengambang di laut atau oil boom. Nicke mengatakan penanganan sejauh ini berlangsung efektif karena Pertamina meresponnya dengan upaya maksimum.
“Kita sudah langsung tangani fokus ke masalah lakukan preventif action. Sekarang ada 27 kapal dan oil boom sudah kami kerahkan untuk itu. Yang masuk ke laut sudah langsung kita sapu dengan oil boom,” katanya.
Sementara itu, Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan Samsu mengatakan saat ini berbagai langkah pencegahan, masih terus dilakukan.
Dia mengatakan jika dirinya telah menghubungi berbagai pihak seperti Satuan kerja Khusus Pelaksana Hulu Migas (SKK Migas), Direktorat Jenderal Migas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemerintah daerah setempat, direktorat perhubungan laut, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Saat ini Pertamina, katanya, tengah berfokus pada pengamanan kru yang bertugas. Di samping itu, penanganan bagi minyak yang tumpah atau oil spill juga tengah diupayakan agar tak sampai mengganggu masyarakat dan lingkungan sekitar.
“Upaya untuk penanganan kita fokus pada memastikan semua kru aman. Kami masih lakukan investigasi mendalam,” ungkap Dharmawan.
Seperti diketahui bahwa pada tanggal 12 Juli 2019, telah terjadi well kick pada sumur (re-aktivasi) YYA-1 yang menyebabkan munculnya gelembung gas di sekitar anjungan lepas pantai YYA PHE ONWJ, sekitar 2 km dari Pantai Utara Jawa, Karawang, Jawa Barat. (***)