Operasional Pelabuhan Teluk Bayur Padang Sumatera Barat (Sumbar) tetap berjalan normal, meskipun saat ini juga fokus untuk membantu penyaluran bantuan bencana Sumbar, Sumatera Utara (Sumut), dan Aceh.
General Manager Pelindo Regional 2 Teluk Bayur Ferial Dunan Sidabutar mengatakan hal itu kepada Ocean Week, di Kantornya, Kamis. “Kami tetap melayani 24 jam 7 hari. Alhamdulillah, operasional tak terpengaruh dengan kondisi dan situasi musibah bencana banjir bandang beberapa waktu lalu yang sedang dialami di Padang ini,” ungkapnya.
Kata Ferrial, Pelabuhan Teluk Bayur terus berupaya menjadi simpul logistik yang andal dengan menjaga operasional tetap normal, meningkatkan efisiensi, serta mengadopsi teknologi dan praktik berkelanjutan, sesuai dengan fungsinya sebagai pintu gerbang utama Sumatera Barat.
Menurut Ferrial saat ini pelabuhan Teluk Bayur juga menjadi titik pelayanan kapal-kapal untuk penyaluran bantuan ke Sumut, Aceh, dan Sumbar sendiri.
“Kami menyiapkan dermaga 3 dan dermaga 4 sebagai prioritas utama yang digunakan kapal-kapal bantuan penyaluran bencana,” katanya lagi.

Posko untuk bantuan dan distribusi logistik telah dibentuk bersama Kodaeral II Padang, KSOP Teluk Bayur dan PT Pelindo.
Pihaknya (Pelindo Teluk Bayur) menyiapkan Gudang 104, kapasitas 5000 ton.
“Penyaluran pertama sudah berjalan melalui KMP Jatra II pada tanggal 5 Desember lalu, dengan tujuan Sibolga membawa Sembako peduli 10 ton, juga 7 unit alat berat, 51 orang penumpang, dan kendaraan,” ungkapnya.
Ferrial menambahkan selain itu ada KRI Semarang 594, tujuan Sibolga dan Lhokseumawe, membawa Sembako dan kebutuhan bayi, lalu KRI Banda Aceh 593, dari Tanjung Priok, tujuan Lhokseumawe dan Sibolga, membawa sembako, bantuan untuk Sumbar. “Juga KRI DR. Radjiman Wedyodiningrat 992, tujuan sibolga, membawa medis dan sembako,” katanya.
Operasional Normal

General Manager Pelindo Regional 2 Teluk Bayur Ferial Dunan Sidabutar juga mengatakan bahwa Teluk Bayur berhasil menorehkan capaian penting dalam upaya meningkatkan efisiensi layanan pelabuhan yakni sistem operasi Pelabuhan non petikemas terintegrasi yang disebut PTOS-M (Pelindo Terminal Operating System Multipurpose).
“PTOS-M menjadi bagian dari proses transformasi dan standardisasi yang salah satu dampaknya adalah peningkatan kinerja produktivitas Ton/Ship/Day (T/S/D) dan penurunan port stay yang signifikan,” katanya.
Ferial menyampaikan bahwa Pelabuhan Teluk Bayur pun telah mengadopsi teknologi ramah lingkungan yang salah satunya adalah sistem elektrifikasi alat-alat operasional. “Pelabuhan Teluk Bayur, juga telah menggunakan oil boom dalam setiap kegiatan bongkar muat curah cair untuk meminimalkan risiko kebocoran sehingga mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Hal ini tentunya mampu meningkatkan rasa aman dan kepercayaan pengguna jasa,” kata Ferrial.
Dodi berharap operasional yang sudah bagus tersebut supaya dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan. “Kami pelayaran sudah cukup puas dengan layanan yang diberikan oleh Pelindo maupun KSOP Teluk Bayur,” kata Dodi. (***)





























