Program Tol Laut diklaim sudah banyak memberi dampak positif bagi perekonomian di daerah yang dimasuki kapal-kapal tol laut. Ekonomi di wilayah tersebut menjadi bertumbuh, masyarakat di pelosok Tanah Air pun menjadi ada kepastian transportasi.
Karena tol laut itu pula, angkutan balik yang tadinya selalu menjadi ‘momok’ bagi pelayaran untuk masuk ke sebuah daerah, sudah tak perlu lagi khawatir. Sebab, di sejumlah wilayah muatan balik mulai ada. Misalnya, pada rute Natuna-Tanjung Priok, sekitar 10 kontainer balik terisi.
Lalu dari wilayah Tahuna, Morotai (Pulau GB) dengan potensi muatan balik komoditi kopra, kemudian Saumlaki, dan Namlea. Bahkan yang dari Timika dengan operator Tempuran Emas (Temas) ada potensi muatan balik sekitar 30 petikemas reefer. Pada trayek T6 & T8 (Luwuk-Surabaya) juga sudah bagus.
“Lalu kapal tol laut yang melintasi di Teluk Tomini, Sulawesi Tengah, tadinya hanya mengangkut beras sebagai komoditi unggulan dari Parigi Moutong, dikirim ke Pelabuhan Bitung. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, mulai ada muatan balik dari Bitung ke Pelabuhan Tinombo berupa semen dan air mineral,” kata DIrektur Lalu Lintas Angkutan Laut (Lala) Perhubungan Laut, Capt. Wisnu Handoko, kepada Ocean Week, dalam perjalanan dari Madura ke Surabaya, usai mengikuti acara sera terima 2 kapal Rede yakni KM Gandha Nusantara 2 dan KN Gandha Nusantara 11, serta ramp check KM Sabuk Nusantara 92 di Pelabuhan Kalianget, Madura, Minggu malam (12/5).
Karena itu, Capt. Wisnu berharap, peran aktif Pemerintah Daerah untuk meningkatkan dan membantu pemasaran hasil produksi daerahnya ke wilayah lain melalui transportasi menggunakan kapal tol laut bisa dilakukan.
Tetapi, menurut Capt. Wisnu, masih ada sejulah wilayah yang rute tol lautnya perlu didorong lagi, misalnya trayek TI (Belawan-Aceh), T4 (Makassar-Belang-belang-Nunukan), lalu T2 (Teluk Bayur-Gunung Sitoli-Mentawai). “Untuk rute Belawan-Aceh, masih belum jalan bagus, karena mereka masih lebih memilih lewat jalan darat,” katanya dibenarkan Hasan dari Hubla.
Menurut dia, kalau untuk rute-rute yang terakhir tersebut belum juga jalan, maka pihaknya akan mengevaluasi, dan tidak tertutup kemungkinan memindahkan rute kapal tol lautnya ke wilayah lain.
Capt. Wisnu juga bercerita, kapal tol laut yang beroperasi di wilayah Maluku juga disambut baik oleh jajaran Pemda setempat, termasuk di wilayah Saumlaki, Kepulauan Tanimbar.
“Pelabuhan Saumlaki yang disinggahi oleh kapal tol laut KM. Mentari Persada (trayek T-9) memiliki peran penting dalam roda perekonomian masyarakat di Kabupaten Kepulauan Tanimbar,” ungkapnya.
Selain kapal tol laut, wilayah itu juga disinggahi kapal Pelni, yakni KM. Sirimau, KM. Leuser dan KM. Pangrango, serta kapal swasta KM. Meratus.
Capt. Wisnu menambahkan, pada tahun 2019 pemerintah menyelenggarakan angkutan perintis di mana sebanyak 17 kapal perintis menyinggahi Pelabuhan Saumlaki, termasuk kapal perintis yang berasal dari Pangkalan Ambon, Tual, dan Kupang.
Oleh sebab itu, WIsnu berharap agar Pemda dapat memanfaatkan tol laut ini untuk kepentingan perekonomian di wilayahnya. “Pemerintah pusat (Hubla) akan selalu mensuport untuk penyediaan kapalnya,” kata Wisnu. (rs/ow/***)