Raksasa pelayaran asal Denmark, Maersk, menyatakan bakal mengurangi puluhan ribu karyawannya, sehingga jumlah tenaga kerja globalnya akan berjumlah kurang dari 100.000 pada akhir tahun ini.
Maersk mengakui bahwa perusahaan menghadapi “lingkungan pasar yang sulit” dengan harga yang jauh dari puncaknya pada tahun 2022 dan diuji oleh peningkatan kapasitas kapal boks, divisi Samudera Maersk mengalami rapor merah untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun dengan mencatat kerugian EBIT sebesar US$27 juta untuk Q3, jauh dari perkiraan, tapi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan $8,7 miliar yang dicatat divisi ini pada kuartal yang sama tahun lalu.
“Industri kita sedang menghadapi kondisi dengan permintaan yang lemah, harga kembali sejajar dengan tingkat historis dan tekanan inflasi pada basis biaya. Sejak musim panas, kita telah melihat kelebihan kapasitas di sebagian besar wilayah memicu penurunan harga dan tidak ada peningkatan nyata dalam daur ulang atau penghentian penggunaan kapal. Mengingat masa depan yang penuh tantangan, kami mempercepat beberapa langkah pengendalian biaya dan kas untuk menjaga kinerja keuangan kami,” kata Vincent Clerc, CEO Maersk.
Maersk juga mengatakan saat ini pihaknya melihat pertumbuhan volume peti kemas global berada pada kisaran minus dua persen hingga minus 0,5 persen dibandingkan sebelumnya minus 4 persen hingga minus satu persen.
Semua kapal dihadapkan pada dinamika pasar yang meresahkan – berkurangnya permintaan pada saat pengiriman kapal belum pernah terjadi sebelumnya.
Dengan hampir satu kontainer baru yang dijadwalkan untuk dikirim setiap hari selama sisa tahun ini, broker Braemar baru-baru ini memperingatkan bahwa masih sulit untuk mengantisipasi dari mana permintaan akan datang untuk mengatasi situasi pasokan saat ini.
Data dari Clarksons Research menunjukkan ada 902 kapal kontainer yang dipesan, jumlah tertinggi sepanjang masa, setara dengan 25 persen armada yang ada.
Pengangkut peti kemas diperkirakan akan melaporkan kerugian gabungan sebesar $15 miliar pada tahun 2024, menurut Tinjauan dan Perkiraan Tahunan Pasar Kontainer terbaru dari konsultan Inggris, Drewry.
Konsultan tersebut memperkirakan bahwa pertumbuhan armada dan permintaan baru akan selaras pada tahun 2026.
Sementara itu, para analis di Sea-Intelligence berpendapat bahwa tahun 2026 terlalu optimis.
Tahun 2028 adalah tahun paling awal terjadinya penyerapan kelebihan kapasitas dari semua kapasitas baru yang mengalir keluar dari pekarangan di Asia, menurut analisis dari Sea-Intelligence, yang sejalan dengan perkembangan setelah krisis keuangan global.
Bagaimana dengan pelayaran nasional, seperti Samudera Indonesia, Temas, Tanto, Meratus, dan SPIL?. Apakah raksasa pelayaran kontainer domestik ini juga bakal bernasib sama sebagaimana yang dialami Maersk?.
Yang pasti untuk saat ini, menurut pengakuan dari salah satu pelayaran tersebut, angkutan kontainer terjadi penurunan. Bahkan persaingan harga mulai dilakukan oleh pelayaran domestik itu untuk rute tertentu. (**/scn)






























