Ketua DPC INSA Surabaya Steven H. Lesawengan mengapresiasi positif terhadap pemberlakuan terminal booking system (TBS) di Terminal Teluk Lamong (TTL), mulai 11 Juni 2025 lalu.
“INSA menilai penerapan TBS itu sangat baik, karena terminal (TTL) bisa mengetahui kepadatan truk-truk yang akan berkegiatan di terminal itu, sehingga pihak terminal dapat mengatur kegiatan nya dengan baik dan terencana,” ujarnya saat dimintai komentarnya, Kamis sore.
Ketua INSA Surabaya berharap dengan penerapan sistem itu, layanan di terminal teluk Lamong akan semakin membaik. “Sistem itu sekaligus untuk kontrol di internal Terminal Teluk Lamong dan juga eksternal (trucking). Misalnya, pada kegiatan sif pertama, truk yang booking sudah cukup, sehingga operator Teluk Lamong bisa kontrol, jadi kelancaran di terminal bisa selalu terjaga,” kata Steven.
Menurut dia, sistem ini bagus juga jika bisa diterapkan di setiap terminal petikemas, termasuk di Tanjung Priok. “Dengan TBS, semua layanan bisa terencana dengan baik,” ungkapnya.
Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Jawa Timur, Sebastian Wibisono, juga menyatakan jika terminal booking system (TBS) yang diterapkan di terminal teluk Lamong (TTL) bagus, karena truk-truk yang masuk untuk mengambil kontainer bisa teratur. “Hanya saja, terminal mesti bisa mengatur jadwalnya dengan tepat. Karena misalnya saya booking di sheef pertama, tapi karena sesuatu hal, truk baru datang terlambat, apakah itu masih bisa dilayani atau bagaimana,” ujar Sebastian mempertanyakan.
Menurut dia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pihak TTL, antara lain, kemacetan yang sering terjadi dari dan ke terminal, depo petikemas yang tak buka 24 jam, lalu peralatan pendukung bongkar muat kontainer, apakah TTL sudah siap jika pengambilan kontainer dalam jumlah besar secara bersamaan. “Kemudian dengan tiga sheef yang rencananya mau dijadikan 6 sheef, apakah ini bisa?,” ungkap Sebastian.
Makanya, dalam implementasi awal ini, perlu terus dilakukan evaluasi, mana-mana saja yang kurang dan kemudian harus diperbaiki. “Tapi, pada dasarnya, kami sebagai ALFI selalu mendukung program pemerintah, karena itu bagus,” katanya.

Dia berharap, semua pihak dapat mensupport penerapan TBS ini, baik pengusaha truk, para sopir, pemilik barang, dan sebagainya.
Seperti diketahui bahwa PT Terminal Teluk Lamong (TTL) resmi menerapkan Terminal Booking System (TBS) mulai tanggal 11 Juni 2025.
Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan operasional terminal melalui pengaturan waktu kedatangan truk berdasarkan kapasitas penanganan yang tersedia.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Perak, Agustinus Maun, menyampaikan bahwa penerapan TBS di TTL merupakan langkah awal dari implementasi sistem serupa di seluruh terminal peti kemas di Pelabuhan Tanjung Perak.
“Kami menargetkan penerapan penuh TBS di seluruh Pelabuhan Tanjung Perak pada awal November 2025,” ujarnya.
“Saya mengapresiasi kontribusi, kolaborasi, dan dukungan dari para operator terminal, pelaku usaha truk, serta asosiasi jasa transportasi yang telah memungkinkan implementasi sistem ini,” ungkap Agustinus.
TBS adalah sistem aplikasi digital yang memungkinkan para pengguna jasa untuk menjadwalkan kedatangan truk ke terminal dalam slot waktu tertentu (time slot).
Setiap hari, TTL menyediakan 6 slot waktu, masing-masing berdurasi 4 jam, untuk kegiatan receiving dan delivery petikemas.
Sistem ini mempertimbangkan kapasitas layanan terminal guna menghindari penumpukan dan antrian truk di waktu-waktu tertentu, serta mengoptimalkan waktu-waktu yang cenderung lengang.
Data eksisting menunjukkan bahwa sebelumnya terjadi konsentrasi kedatangan truk di jam-jam tertentu yang menyebabkan antrian panjang, sementara pada waktu lainnya justru terjadi kekosongan aktivitas.
Dengan TBS, distribusi kedatangan truk menjadi lebih merata dan terencana, selaras dengan kapasitas terminal yang tersedia.
Penerapan TBS diawali dengan tahap Soft Launching pada 11 Juni 2025, di mana pengguna jasa dapat memilih slot waktu saat melakukan pemesanan Job Order untuk kegiatan receiving maupun delivery.
Manfaat utama dari penerapan TBS antara lain, Pemerataan jadwal kedatangan truk dan pengurangan penumpukan, optimalisasi kapasitas dan produktivitas terminal, peningkatan efisiensi waktu dan biaya operasional (TRT/Truck Round Time), pengurangan konsumsi bahan bakar dan polusi akibat kemacetan, peningkatan kualitas pelayanan receiving-delivery, termasuk layanan dual move.
Klub Logindo Jatim juga menyambut baik tujuan dari Terminal Teluk Lamong untuk mengurangi kemacetan di sekitar pelabuhan, mengingat tingginya aktivitas pengambilan dan pengembalian kontainer kosong ke depo-depo yang beroperasi di kawasan tersebut, terutama pada jam operasional kantor umum.
“Kami memahami bahwa tujuan besar dari reformasi logistik ini adalah untuk menciptakan efisiensi dan menurunkan biaya. Namun bila hal-hal teknis tidak dikelola secara detail, ada risiko munculnya biaya tambahan dan menurunnya efisiensi yang diharapkan,” kata Christin Adni, Ketua DPD Jatim Klub Logindo.
Meski demikian, Logindo Jatim tetap optimistis. “Kami percaya bahwa perubahan ini adalah langkah ke arah yang lebih baik. Dengan perencanaan yang matang serta kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan, kita dapat menciptakan dampak positif besar bagi dunia logistik, khususnya di Jawa Timur,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Terminal Teluk Lamong, David Pandapotan Sirait, menyampaikan bahwa TBS merupakan salah satu inisiatif digital TTL untuk meningkatkan pelayanan dan kinerja operasional.
“Melalui TBS, kami dapat mengelola arus truk secara lebih terencana dan terukur. Hal ini berdampak positif bagi seluruh pemangku kepentingan, sekaligus menjadi solusi digital yang mendukung layanan terminal yang lebih efektif dan efisien,” kata David. (***)