Ratusan perusahaan Truk pengangkut barang dan logistik yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), akan menyampaikan klaim kerugian atas kemacetan parah di Tanjung Priok selama tiga hari yakni pada 16-18 April 2025 lalu.
“Rencananya hari ini (Rabu, 23/4), kami akan tuntut kerugian anggota, kami akan layangkan surat klaim ke NPCT1, tapi ini tahap awal, akan ada lagi yang menyusul karena masih menghitung berapa besar kerugiannya,” ujar Gemilang Tarigan, ketua umum Aptrindo dalam keterangan nya kepada pers, di Jakarta, Kamis pagi.
Ketua Umum DPP Aptrindo Gemilang Tarigan juga mengatakan, sampai dengan Selasa kemarin (22/4/2025) sudah ada 99 perusahaan truk yang secara resmi (tertulis) menyatakan dampak kerugian atas kondisi kemacetan tersebut dan mengajukan klaim kerugian kepada NPCT-1, dan diperkirakan hingga Rabu jumlahnya terus bertambah mencapai ratusan perusahaan truk.
“Hingga Selasa kemarin, sudah ada 99 perusahaan truk yang (pengajuannya) klaim tersebut melalui Aptrindo DKI Jakarta untuk dilayangkan ke NPCT-1. Dan kami akan sampaikan kepada Manajemen NPCT-1 hari ini juga. Klaim ini baru tahap awal, dan akan menyusul (perusahaan truk) yang lainnya,” katanya.
Kendati begitu, Tarigan tidak bersedia jika nama-nama perusahan truk tersebut di publish ke publik serta berapa besaran klaim yang dituntut para perusahaan truk di Jakarta tersebut, lantaran hal itu sudah masuk pada ranah tehnis termasuk nilai klaim yang diajukan oleh tiap perusahaan berbeda-beda.
“Kalau perusahaan truk apa saja dan berapa tuntutan klaimnya, itu sudah menyangkut tehnis antara Kami (pengusaha truk) dan manajemen NPCT-1. Silahkan NPCT-1 merespon segera hal ini, ” ungkap Gemilang.
Dia mengatakan, saat kemacetan horor di Tanjung Priok terjadi, ada perusahaan yang ratusan unit armadanya terdampak melakukan kegiatan, ada juga yang puluhan unit.
“Jadi berbeda-beda, tergantung jumlah unit yang beroperasi saat itu, Jadi kalau di total jumlahnya bisa ribuan unit armada yang terdampak,” ungkapnya.
Berdasarkan data DPD Aptrindo DKI Jakarta, sebanyak 360-an perusahaan dengan jumlah armada sekitar 15.000-an unit telah tercatat sebagai anggota Aptrindo Jakarta.
Sebagaimana diberitakan, biang kerok macet horor di kawasan Tanjung Priok, salah satunya disebabkan kelebihan beban layanan receiving dan delivery petikemas di NPCT-1 dari yang biasanya rata-rata 2.500-an truk kontainer menjadi sekitar 4.000-an kontainer. Bahkan ada yang menyebutkan hingga 7.000-an kontainer.
Akibat obesitas layanan Receiving/Delivery kontainer di NPCT-1 tersebut membuat jantung logistik di Tanjung Priok-pun sempat terhenti, bahkan dampak kemacetan menyebar luas ke sejumlah titik wilayah di Jakarta.
Sementara itu, caretaker ketua Aptrindo Jakarta Dharmawan Witanto membenarkan asosiasinya telah menerima surat pengajuan klaim perusahaan truk anggotanya untuk disampaikan kepada NPCT-1. “Tahap awal ini, diperkirakan ratusan perusahaan truk akan mengajukan [klaim) tersebut. Hari ini juga kami sampaikan secara resmi ke NPCT-1,” ungkap Akong (panggilannya)
Diketahui bahwa pada Rabu (23/4/2025) pukul 10.00 Wib ada Rapat Koordinasi dalam rangka membahas kemacetan parah di Tanjung Priok Jakarta Utara, bertempat di aula kantor polres Tanjung Priok. KSOP Tanjung Priok, Manajemen Pelindo, Manajemen Terminal Petikemas di Pelabuhan Priok, Pengelola Depo Kontainer, Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Truk dan sejumlah instansi serta stakeholders terkait juga dilibatkan dalam rapat koordinasi tersebut.
Seperti diketahui akibat kejadian macet horor tersebut dua direksi yang mewakili Pelindo di NPCT1 yakni Dotty dan Irwan Setyabudi dicopot.
Keduanya digantikan posisinya oleh Rino (sebelumnya Direktur di TPS Surabaya, dan Kiki yang sebelumnya Sekper SPSL). (***)