Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Aceh minta supaya pemerintah Aceh mengeluarkan kebijakan (aturan) kepastian berusaha. “Artinya para pengusaha yang melakukan usaha di kepelabuhanan (logistik) di Aceh bisa nyaman, aman, jadi ada kepastian berusaha,” kata Zulfandi, Ketua DPW ALFI Banda Aceh kepada wartawan di Banda Aceh, Jumat pagi (16/5/2025).
ALFI Aceh juga menghimbau kepada Pemprov Aceh agar sadar dan dapat membantu pelaku usaha untuk mensukseskan pengiriman barang lewat laut. Karena, sebenarnya pengiriman melalui laut lebih aman, lebih nyaman. “Makanya perlu jaminan hukum untuk berusaha dari pemerintah. Kalau bisa kita harus lepas dari Belawan, maksudnya pengiriman komoditi dari Aceh,” ungkap Zulfandi, owner PT Fanindo Internasional Logistik.
Menurut dia, ALFI Aceh sudah menyiapkan ide yang cukup bagus. Dari Empat pelabuhan yang tersebar di Pemprov Aceh yakni Malahayati dijadikan sebagai pelabuhan kargo utama. Lalu pelabuhan di Lhokseumawe dijadikan sebagai shorbase gas & oil, kemudian untuk Sabang dijadikan hub port, dan Pantai Barat untuk pelabuhan CPO.
Selama ini, ucapnya, sekitar 40% komoditi (barang) asal Aceh, dikapalkan melalui pelabuhan Belawan Medan. “Nah potensi itu yang seharusnya bisa ditangkap pemerintah Aceh untuk membesarkan pelabuhan di wilayahnya, tak terus bergantung dengan Belawan,” kata Zulfandi.
Dia mencontohkan, potensi barang seperti sawit, palawija, kopi, pengapalannya dilakukan lewat Belawan. Padahal, dengan pengiriman lewat Media menggunakan truk, jalan raya bisa cepat rusak, dan itu perlu perawatan yang terus menerus.
“Mereka selama ini lebih memilih Belawan karena fasilitas di pelabuhan Aceh belum begitu lengkap. Nah karena itu, Kita ingin pemerintah lebih peka dengan angkutan laut,” jelasnya.
Zulfandi juga bercerita jika dulu Pelabuhan Malahayati hanya sebagai transit jabatan. Sekarang dari sisi fisik pelabuhan Malahayati perlu ditingkatkan. Misalnya Alat pendukung bongkar muat perlu ditambah, lalu sistem layanannya perlu ditingkatkan.
Zulfandi pun mengatakan bahwa masyarakat Aceh itu konsumtif. Sehingga hal Ini menjadi potensi yang menggiurkan bagi dunia usaha logistik.
Bahkan katanya, throughput melalui pelabuhan Malahayati ada sekitar 3.000 per bulan. Semua barang dikirim dari pulau Jawa. Misalnya dari perusahaan Wing’s saja, perusahaan itu dibackup oleh tiga gudang distributor yang ada Blang Bintang, Lhokseumawe, dan Blang pidi. Setiap distributor rata-rata 200 kontainer per shipment.
Belum lagi barang dari Lhokseumawe mulai dari Biuren, Aceh Utara, Lhokseumawe, Kuala Langsa dan Kuala Simpang.
Kemudian Pantai barat Meulaboh, Nagan Raya, Aceh Selatan, Subulis Salam, dan Aceh Singkil. “Ini baru satu distributor saja. Dulu SPIL bawa 600 kontainer. Kita belum bicara untuk kebutuhan toko, dan sebagainya,” katanya.
Untuk itu ALFI menghimbau kepada Pemprov Aceh agar sadar membantu pelaku usaha untuk mensukseskan pengiriman lewat laut. Karena lebih aman, nyaman, makanya perlu jaminan hukum berusaha dari pemerintah dalam wujud regulasi. “Kita harus lepas dari Belawan,” ungkap Zulfandi yang memiliki anggota sebanyak 20 perusahaan.
Selain itu semua, katanya, ALFI juga minta supaya pelayaran Temas melakukan rute langsung Jakarta – Aceh, bukan transit di Kuala Tanjung.
Menjawab rumor bahwa selama ini angkutan balik selalu kosong, Zulfandi membantah, karena sebenarnya barang untuk diangkut dari Aceh ke luar daerah cukup ada. Misalnya, barang-barang bekas yang dikumpulkan oleh 10 Pengumpul. Belum termasuk hasil laut yakni ikan.
Kata dia, ada masuk ke Malahayati kapal tol laut yang hanya membawa satu kontainer untuk ikan, karena tak memiliki pluging. “Tak sedikit pengusaha mengadu ke ALFI sini, karena mestinya bisa untuk 4 kontainer, yang terangkut hanya satu, dan karena tak ada pluging, ikan sampai jakarta sudah tak segar lagi,” katanya.
Makanya sekali lagi, perlu regulasi yang menjamin kenyamanan dan keamanan berusaha. (***)