Selama 10 tahun beroperasi, New Priok Container Terminal One (NPCT1) berhasil menangani throughput sebanyak 10 juta TEUs.
Sebagai perusahaan patungan antara Pelindo Group dan mitra global di bawah naungan SEA Terminal Management & Service (STMS) Pte. Ltd., NPCT1 pada tahun 2025 hingga November mampu menangani 1,39 juta TEUs.
Direktur NPCT1, Kiki Mohammad Hikmat, mengatakan bahwa pencapaian lebih dari 10 juta TEUs sejak 2016 serta konsistensi menuju kinerja akhir tahun yang kuat mencerminkan kepercayaan dan kemitraan yang telah dibangunnya bersama para customer.
“Capaian ini merupakan hasil dari dedikasi kolektif kami terhadap keunggulan operasional, keselamatan, keberlanjutan, serta inovasi. NPCT1 terus berkomitmen untuk menghadirkan layanan terminal peti kemas berkualitas tinggi untuk mendukung kelancaran aktivitas logistik Indonesia. Kami percaya masa depan industri maritim Indonesia menyimpan peluang besar, dan NPCT1 akan terus berperan dalam mendukung pertumbuhan tersebut,” ujarnya kepada para wartawan, di Kantor NPCT1 di Tanjung Priok, Selasa (30/12).
Dengan total 16 layanan mingguan serta kemitraan bersama perusahaan pelayaran global terkemuka, antara lain Maersk, Evergreen, MSC, HMM, SITC, Hapag-Lloyd, TS Lines, Namsung, Wan Hai Lines, dan Yang Ming, NPCT1 terus menjadi terminal pilihan bagi operator pelayaran global maupun beneficial cargo owners (BCO) dari berbagai sektor industri, termasuk manufaktur, otomotif, barang konsumsi, pertanian, dan sektor lainnya.
Kiki juga menyampaikan bahwa kinerja operasional sepanjang 2025 didukung tiga peningkatan utama di dalam terminal.
Pertama, NPCT1 memperkuat kualitas layanan melalui pengadaan satu quay crane (QC) baru, lima unit rubber-tired gantry (RTG) crane tambahan, serta tujuh prime mover (PM), yang secara signifikan mendukung kelancaran operasional kapal dan yard.
Kedua, implementasi Terminal Booking System (TBS) pada Agustus 2025 menjadi langkah penting berikutnya, yang meningkatkan kelancaran arus truk, mengurangi kepadatan, serta menyempurnakan proses penerimaan dan pengiriman peti kemas bagi truk eksternal.
Ketiga, operasional yard turut dioptimalkan melalui penyempurnaan distribusi klaster, peningkatan prioritas bay day, serta pemantauan berkelanjutan guna memastikan penanganan ekspor dan impor yang tepat waktu dan efisien.
“Berbagai peningkatan ini membantu NPCT1 menjaga tingkat yard occupancy yang optimal di kisaran 60%, serta berkontribusi pada pertumbuhan volume sebesar 17% dibandingkan tahun 2024,” jelas Kiki
Pendekatan Holistik
Kiki menambahkan bahwa pengembangan NPCT1 bertumpu pada pendekatan holistik yang mengintegrasikan aspek sumber daya manusia, keselamatan, digitalisasi, dan keberlanjutan.
Pengembangan SDM dipandang sebagai proses berkelanjutan yang berorientasi pada manusia, guna mendukung keunggulan operasional sekaligus pertumbuhan individu melalui pembelajaran berkesinambungan, peningkatan keterampilan, dan keterlibatan yang bermakna.
Dari sisi keselamatan, dilakukan inspeksi keselamatan rutin, pemantauan kesehatan pekerja, pengendalian lingkungan, serta pengawasan barang berbahaya dilakukan secara konsisten untuk memastikan standar tertinggi dalam aspek kesehatan, keselamatan, keamanan, dan perlindungan lingkungan di seluruh aktivitas terminal.
“Transformasi digital juga telah menjadi penggerak utama kinerja NPCT1 selama hampir satu dekade. Peralihan dari sistem penagihan konvensional ke transaksi daring sepenuhnya melalui platform ECON telah menyederhanakan interaksi dengan para customer, mengurangi penggunaan kertas, serta meningkatkan transparansi,” ungkapnya.
Berbagai pengembangan teknologi berkelanjutan, termasuk pembaharuan Global Terminal Operating System (GTOS), kolaborasi dengan platform trucking, pengenalan ECON+, serta penerapan lapisan sistem pertahanan siber pada lalu lintas Inbound dan Outbound, semakin memperkuat visibilitas operasional dan menyederhanakan alur kerja para customer demi efisiensi dan keandalan yang lebih tinggi.
Menurut Kiki, NPCT1 juga berada pada jalur yang tepat untuk mengurangi jejak karbon hingga 50% pada tahun 2030.
Salah satu langkah paling signifikan adalah adopsi energi terbarukan, dimana NPCT1 menjadi terminal peti kemas pertama di Indonesia yang memasang panel surya, dengan sistem yang saat ini mampu menyuplai sekitar 50% kebutuhan listrik gedung utama.
“Elektrifikasi menjadi pilar penting dalam perjalanan keberlanjutan NPCT1. Armada RTG kini beroperasi menggunakan sistem listrik dan hybrid, yang secara signifikan menekan emisi dari aktivitas yard. Secara paralel, seluruh kendaraan prime mover NPCT1 telah beralih dari bahan bakar B20 ke B40,” jelasnya.
Untuk mengurangi emisi dari kapal saat sandar, kata Kiki, NPCT1 telah mengimplementasikan fasilitas cold ironing yang memungkinkan kapal terhubung langsung ke pasokan listrik darat, sehingga mesin kapal dapat dimatikan selama berada di dermaga.
“Seluruh upaya ini ditopang dengan sertifikasi ISO 14001:2015, yang memastikan pengelolaan lingkungan terintegrasi dalam operasional harian melalui kerangka kerja yang terstruktur dan diakui secara internasional,” katanya.
Tenaga Listrik
Ke depan, menurut Kiki, NPCT1 terus memperkuat peta jalan keberlanjutannya melalui peningkatan efisiensi energi, termasuk perluasan kapasitas panel surya. Elektrifikasi juga akan diperluas ke berbagai peralatan dan kendaraan terminal.
“NPCT1 menargetkan armada RTG beroperasi dengan tenaga listrik, seiring dengan pengadaan tujuh unit prime mover elektrik (e-PM),” ungkapnya.
Dengan luas terminal mencapai 32 hektare, didukung sembilan quay crane, 29 RTG, 51 prime mover, tiga dermaga dengan total panjang 850 meter, kapasitas penanganan harian hingga 6.000 TEUs, serta fasilitas reefer dengan 990 reefer plug, NPCT1 terus menghadirkan layanan terminal peti kemas standar global melalui kemitraan yang kuat, inovasi berkelanjutan, serta fokus pada keunggulan kinerja, kepuasan para customer, keselamatan, dan keberlanjutan lingkungan di tahun 2026. (***)






























