Rencana penggabungan tiga BUMN yakni PT Pelayaran Nasional Indonesia ( Pelni), ASDP, dan PT Pelindo, menjadi buah bibir di kalangan maritim belakangan ini.
Konon, penggabungan itu dimaksudkan untuk menurunkan biaya logistik di moda transportasi laut semakin murah dan ekosistem transportasi laut semakin terintegrasi dengan jangkauan yang lebih luas lagi.
Kini, Kementerian BUMN beserta stakeholder terkait sedang melakukan kajian hukum dan kajian ekonomi terkait penggabungan 3 perusahaan BUMN tersebut.
Mengenai rencana itu, Ocean week (OW) mencoba meminta pendapat pengamat kemaritiman dari ITS Surabaya, prof. Dr. Raja Oloan Saut Gurning (SG). Bagaimana menurut Guru Besar Logistik Maritim ITS ini, berikut petikannya.
OW : apa kabar prof, sehat kan ?
SG : baik, dan selalu dalam lindungan Tuhan, moga Pak Ridwan juga sehat selalu
OW : bagaimana pendapat Prof mengenai rencana penggabungan Pelni, ASDP dan Pelindo ?
SG : saya mendengar juga rencana pemerintahan baru terkait penggabungan tiga BUMN maritim nasional yaitu ASDP, PELNI dengan PELINDO, yang sontak menjadi topik pembicaraan hangat komunitas maritim nasional di tengah isu pengembangan maritim di era pemerintahan Presiden Prabowo dan Wapres Gibran ini. Lantas apa latarbelakang sekaligus tujuan dari rencana merger ini? Apakah semacam usaha lanjutan scaling-down kuantitas BUMN kita termasuk di kluster maritim? Atau adakah usaha mendasar yang ingin dicapai misalnya memberikan manfaat yang lebih substansial seperti efisiensi biaya logistik bagi angkutan barang, penumpang atau wisata.
OW : artinya ?
SG : hal ini mungkin memang belum dipaparkan secara detail oleh pemerintah baik oleh kementrian BUMN atau badan pengelola investasi, Daya Anagata Nusantara (Danantara). Penggabungan tiga BUMN pelayaran dan pelabuhan dengan potensi penggabungan aset sekitar 143 Trilyun Rupiah (dimana 86 persen diperkirakan merupakan nilai aset PELINDO), mungkin merupakan integrasi vertikal jasa maritim terbesar nilainya di Indonesia. Bahkan mungkin signifikan juga dalam skala bisnis maritim global. Aset yang digabungkan cukup luar biasa. Yaitu menggabungkan aset Pelindo (94 unit pelabuhan kargo, 63 unit terminal penumpang penyeberangan, 61 unit kapal tunda, dan 29 unit kapal motor pandu). Dengan 226 kapal penyeberangan, 36 terminal penyeberangan dan 307 lintasan ferry yang dikelola ASDP. Serta 26 unit kapal penumpang dan 44 unit kapal perintis).
OW : jika benar gabung ?
SG : bila jadi digabungkan, secara praktis bagi Pelindo, mungkin operasi pelayaran yang selama ini dilakukan ASDP dan PELNI akan dimasukkan dalam kelompok jasa marin eksis. Termasuk terminal penyeberangan ASDP akan dikelola dalam kelompok usaha multi terminal selama ini. Penggabungan ini – walau membutuhkan waktu serta usaha dalam mencapai kestabilan organisasi baru tiga BUMN – diharapkan dapat memperkuat sinergi operasional, efisiensi biaya dan kualitas pelayanan logistik maritim secara terpadu. Khususnya atas layanan pelayaran, khususnya angkutan penumpang, barang, kendaraan dan penyeberangan, baik untuk jarak pendek maupun potensinya untuk jarak jauh. Serta kinerja operasi penanganan barang, penumpang serta ternak di pelabuhan serta wilayah asal-tujuan (hinterland) yang lebih baik.
OW : apakah dengan merger akan berpotensi mematikan usaha swasta sejenis ?
SG : secara khusus, proses merger yang akan mengkonsolidasi besaran skala pasar jangan sampai mematikan usaha eksis operator swasta atas jasa pelayaran dan penanganan barang, penumpang serta ternak. Harapan publik, dengan semakin besarnya kue pangsa pasar BUMN kepelabuhanan dan angkutan perairan ini mampu memberikan nilai tambah layanan publik yang semakin efisien, dan handal atas faktor keselamatan, keamanan serta proteksi terhadap lingkungan. Khususnya dalam merasionalisai ongkos logistik barang, penumpang dan ternak. Termasuk memperkuat aksesibiitas angkutan penumpang guna mendukung geliat pariwisata nasional serta pertumbuhan ekonomi lokal dan regional. (***)