Anak Gunung Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung kembali erupsi. Pada jumat (3/8) eupsi mencapai 49 kali, karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperluas radius berbahaya menjadi 2 kilometer (km).
“Meski meletus tetap aman untuk penerbangan dan pelayaran,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Jumat (3/8).
Menurut Sutopo, letusan itu melontarkan abu, pasir dan lava pijar. “Sudah terjadi 49 kali letusan selama hari Jumat (3/8) dari pukul 00.00-06.00 WIB. BNPB mengimbau agar masyarakat dan wisatawan tidak mendekati kawah dalam radius 2 km. Namun, ungkap BNPB, hingga saat ini dipastikan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih berada pada Level II (Waspada).
Fenomena lain yang terpantau atau dirasakan dari Pos PGA di Pasauran, kawasan Pantai Anyer saat itu adalah bunyi aktivitas letusan dari arah gunung yang cukup keras. Frekuensi kejadian ini pun cukup rapat. Bahkan letusan sempat menggetarkan kaca pada bangunan Pos PGA.
“Letusan Gunung Anak Krakatau adalah hal yang biasa. Gunung ini masih aktif untuk tumbuh besar dan tinggi dengan melakukan erupsi,” ujarnya.
Gunung Anak Krakatau baru muncul dari permukaan laut pada 1927 dan rata-rata bertambah tinggi 4-6 meter per tahun. Menurut BNPB, energi erupsi yang dikeluarkan juga tidak besar, sehingga sangat kecil sekali peluang terjadi letusan besar seperti letusan Gunung Krakatau pada 1883.
Letusan yang terjadi pada hari ini ternyata sudah didahului oleh aktivitas vulkanis sehari sebelumnya, Kamis (2/8).
Anak Gunung Krakatau terlihat memuntahkan debu vulkanis setinggi 200 meter dari kawah dan pemandangan itu dapat disaksikan di Selat Sunda, tempat gunung berapi itu terletak.
Anak Gunung Krakatau terletak di di Perairan Selat Sunda, Lampung, dikelilingi oleh Pulau Krakatau di sebelah selatan, Pulau Krakatau Kecil di sebelah timur, dan Pulau Sertung di sebelah barat laut. (****)