Singapura mulai merealisasikan keinginannya menjadi transhipment port terbesar di dunia dengan membangun Tuas Megaport yang memiliki kapasitas dua kali lipat dari pelabuhan PSA saat ini yang hanya berkapasitas 36 juta TEUs.
Pada saat melakukan peletakan batu pertama dimulainya pembangunan Tuas Megaport, Kamis (3/10), Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menyatakan, Tuas Megaport dirancang untuk menangani 65 juta TEUs. “Namun, saya yakin PSA bisa mengelola sedikit lebih banyak dari itu jika kita bekerja keras,” katanya seperti dikutip dari Channel News Asia, kemarin.
Menurut Lee, pada waktu beroperasi tahun 2040 nanti, Tuas Megaport akan menjadi pelabuhan peti kemas baru ini akan menjadi pelabuhan full automatic terbesar di dunia.
“Kapasitas Tuas Megaport akan menggantikan berbagai fasilitas beberapa pelabuhan yang ada di Singapura seperti Tanjong Pagar, Pasir Panjang, Keppel, dan Pulau Brani,” ujarnya percaya diri.
Nantinya, Tuas serba automatic, ada armada kendaraan pengangkut kontainer tanpa pengemudi yang sepenuhnya digerakkan oleh listrik. “Saat ini teknologi tersebut sedang diuji di terminal Pasir Panjang dan kendaraan angkut ini memiliki jejak karbon 25 persen lebih kecil dari kendaraan konvensional,” ungkap Lee.
Sedangkan gantry crane yang dipasang di rel otomatis yang juga sepenuhnya digerakkan listrik, menggunakan kamera dan sensor laser untuk presisi sehingga operator hanya perlu mengawasi derek dan crane dari jarak jauh.
Sementara itu, Chairman PSA Internasional Peter Voser mengatakan, Tuas Megaport akan memberi kesempatan kepada operator pelabuhan untuk menyegarkan dan menata kembali kemampuan para operator. “Kami melihat ke masa depan, di mana teknologi ini dapat menambah operasi kami dan meningkatkan orkestrasi rantai pasokan,” ujarnya.
Perdana Menteri Lee juga membandingkan antara pelabuhan Tuas dengan terminal peti kemas pertama Singapura yakni Tanjong Pagar yang waktu dibuka pada tahun 1972 lalu juga disambut skeptis oleh banyak kalangan, termasuk bank dunia.
Tapi, akhirnya Singapura dapat membuktikan sebagai yang terbesar sebagai transhipment terbesar di Asia, serta memungkinkan untuk memperluas pelabuhannya. “Membangun pelabuhan Tuas dan ekosistemnya adalah tugas besar. Tetapi kita dapat mencapai ini, jika kita memiliki keberanian dan ambisi yang sama dengan generasi perencana pelabuhan kita dulu,” ucap Lee.
Peletakan batu pertama ini ditandai dengan penyalaan obor yang melambangkan perkembangan PSA , yang dipindahkan dari terminal Tanjong Pagar ke terminal Keppel dan Brani. Obor kemudian diangkut dengan penggerak utama ke Pasir Panjang, sebelum dibawa ke pelabuhan Tuas dengan armada kapal tunda dan kapal PSA Marine.
Kata Lee, dua dermaga pertama dari pelabuhan Tuas diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2021, ketika pembangunan fase pertama selesai.
Seperti diketahui, bahwa pembangunan tahap pertama menghabiskan dana sekitar Sin $ 2,42 miliar atau sekitar Rp 242 triliun, dengan 21 dermaga laut dalam, yang akan mampu menangani sekitar 20 juta TEUs kargo setiap tahun ketika beroperasi penuh pada 2027. (cna/**)