Para pengusaha truk dan pemilik barang (ALFI) mengeluh, serta dirugikan hingga ratusan juta rupiah setiap hari, akibat kemacetan yang terjadi di Kawasan Cipta Semarang.
Kawasan ini mayoritas digunakan untuk usaha depo petikemas.
“Saya hampir setiap hari dapat komplain dari pemilik barang, karena truk terlambat mengambil barangnya (kontainer) di depo petikemas di wilayah Kawasan Cipta Semarang,” kata Supriyono, Ketua Aptrindo Semarang dan Wiwid, ketua Organda Tanjung Emas Semarang, saat dihubungi Ocean Week, Rabu siang, sehubungan dengan kroditnya lalu lintas di kawasan Cipta Semarang.
Menurut keduanya, pemandangan macet di kawasan ini hampir tampak setiap hari. Apalagi akses jalan di dalam kawasan rusak parah, dan tak kunjung diperbaiki.
“Macet bisa sampai ke Kaligawe, Pos 4 pintu masuk Tanjung Emas. Dan ini sangat merugikan kami pelaku usaha truk,” ujar Supriyono menegaskan.
Kata Supriyono maupun Wiwid, dalam 24 jam, truk hanya bisa mengambil 1 kontainer, padahal waktu masih normal (belum macet), dalam sehari semalam bisa 3 trip.

Dalam sehari sebanyak 1.000 unit truk beraktivitas di kawasan Cipta Semarang ini.
“Kalau per truk sekarang rugi 500 ribu rupiah, dikalikan 1.000 unit, berapa ratus juta rupiah setiap hari kami rugi,” ungkapnya.
Kerugian tersebut disebabkan truk harus mengantre. Harusnya kalau tak ada macet bisa narik, ini jadi tidak ngangkut.
“Akibatnya, pelaku truk dan ALFI (mewakili pemilik barang) mengeluh dan komplain, termasuk Pelindo sering menegur karena barang terlambat,” ucapnya lagi.
Bahkan, tambah Priyono (panggilan Supriyono), kontainer (barang) yang akan dikirim ketinggalan kapal. Mengingat, barang baru sampai dan dibongkar dari truk di sore hari sampai malam hari.
“Makanya terjadi penumpukan di terminal petikemas (TPKS),” kata Priyono.
Menurut Wiwid dan Priyono, masalah kemacetan di kawasan Cipta Semarang ini sudah pernah didapatkan dengan pihak Dishub Semarang dan pihak kepolisian, serta yang terkait, namun sampai sekarang juga belum ada solusi.
Padahal setiap truk yang masuk ke wilayah ini juga dipungut retribusi.
Sementara itu, Ariwibowo, ketua ALFI Jateng membenarkan jika kawasan Cipta Semarang sangat tidak layak untuk kawasan Depo kontainer, tiap hari macet, truk tidak bergerak, jalan didalam rusak, banyak lubang sehingga pada musim hujan seperti tambak.
Menurut Ari, dampak dari krodit di wilayah itu cukup banyak. “Arnada ngantre, narik jadi lambat datang sehingga apabila terjadi inap ekportir tidak mau bayar inap,” jelasnya.
Ari mengaku pihaknya sangat dirugikan, akibat keterlambatan tak sedikit kontainer (barang) terlambat dikapalkan.
Karena itu, mereka minta kepada pengelola kawasan Cipta Semarang segera bisa mengatasi hal ini.
“Kalau perlu dibuatkan Jembatan layang yang khusus dari dan ke kawasan itu, sehingga tak harus lewat pertigaan yang selalu macet,” katanya.
Mereka juga minta kepada pihak berwenang, bisa membantu mengatasi kemacetan yang terjadi di kawasan depo petikemas di kawasan Cipta Semarang ini. (**)