Kepadatan tongkang batubara di Sungai Mahakam membuat lalu lintas keluar masuk kapal-kapal pengangkut komoditi itu macet pada bulan-bulan terakhir ini, sehingga menjadikan pelaku usaha shipping Line ribut, serta menuding operator pandu tunda menjadi salah satu penyebabnya, tapi hal itu dibantah oleh Pelindo IV.
Melalui pernyataannya, Farid Padang, Dirut PT Pelindo IV membantah jika antrean kapal tongkang batubara di Mahakam disebabkan karena pandu tunda yang lamban.
Farid menyebutkan bahwa Pelindo sudah melakukan antisipasi terhadap masalah tersebut. “Untuk mengantisipasi antrean tongkang itu, Pelindo Cabang Samarinda ndatelah melakukan beberapa hal,” katanya.
Pertama, kata Farid, pihaknya menyiapkan Personil Pandu dan stanby 24 jam dengan sistem 3 shift serta sarana Kapal Tunda (2 di Jembatan Mahulu, 3 di jembatan Mahakam dan 2 di jembatan Mahkota 2 serta 1 unit di Pelabuhan Palaran). “Pola operasional memperhatikan kondisi pasang surut air sungai mahakam,” ujarnya kepada Ocean Week, Minggu siang.
Selain itu, juga menambah 1 unit armada kapal tunda khusus di Jembatan Mahakam yang selama ini hanya stand by 2 Unit.
Farid Padang juga menceritakan, pada bulan Desember 2019 hingga februari 2020 merupakan puncak musim penghujan, dimana frekuensi hujan pada bulan tersebut sangat tinggi menyebabkan terjadi banjir di hulu sungai Mahakam dan meningkatkan tinggi air sungai, karena hal tersebut kapal yang biasanya menunggu jadwal pasang untuk turun ke muara dapat memanfaatkan naiknya air sungai akibat banjir hulu dan membuat kapal bersamaan turun menuju muara.
Dari tongkang yang turun ke muara tersebut ada yang langsung menuju ke muara, namun ada pula yang masih bertambat sementara di perairan Harapan Baru sambil menunggu mother vessel tiba.
“Pola ini diambil karena memanfaatkan kondisi banjir hulu tersebut dari pada menunggu jadwal air pasang di hulu sungai,” ungkapnya.
Menurut Farid, PT Pelindo IV (Persero) melakukan pelayanan penundaan pada kolong Jembatan Mahakam berdasarkan jadwal pengolongan naik dan turun yang telah dibuat, mengacu pada Surat Edaran KSOP nomor UM.003/15/11/KSOP.SMD-2012 tanggal 28 Nopember 2012 tentang Ketentuan Berlayar Pada Alur Pelayaran Di Kolong Jembatan Mahakam, Samarinda.
Pada tanggal 13 Desember 2019, sempat terjadi antrian panjang ponton naik kehulu yang akan melewati kolong Jembatan Mahakam dan para agent melalui Asosiasi INSA, telah menyampaikan komplain.
Menanggapi komplain dari Asosiasi INSA, maka personil Pandu PT Pelindo IV (Persero) segera melakukan pemanduan dan penundaan untuk kapal naik kehulu yang berjumlah 63 armada ponton serta kapal turun kemuara sebanyak 36 armada ponton, sehingga total yang terlayani sebanyak 99 armada ponton dan seluruhnya telah berhasil dilayani dengan baik dan PT Pelindo IV (Persero) telah menyurat ke KSOP terkait usulan penghapusan penjadwalan kegiatan pemanduan yang sebelumnya diatur pada Surat Edaran KSOP agar waktu pelayanan pemanduan dapat lebih panjang melalui surat nomor 12/KB.003/12/SMD-2019 tanggal 13 Desember 2019 perihal Laporan Pelaksanaan Penundaan di Kolong Jembatan Mahakam.
Farid menambahkan, Jarak antar tiang Jembatan Mahakam selebar 80 m dan hanya dapat dilalui 1 (satu) ponton saja secara bergantian dan saat ini terdapat fender pengaman kaki kiri jembatan yang mengurangi alur pelayaran -11 m (minus sebelas meter), sehingga alur pelayaran menjadi 69 m saja. Hal ini menyebabkan perlunya kehati-hatian dalam pelayanan pemanduan.
“Pemerintah daerah juga merencanakan pembagunan fender kaki kanan jembatan yang akan mengurangi alur pelayaran menjadi 58 m saja,” katanya. (**)