Antrean panjang banyak tongkang batubara di sungai Mahakam, mengakibatkan macet saat akan melintasi kolong jembatan, karena wajib menggunakan pandu tunda.
Padahal tongkang terkadang dalam keadaan kosong. Dan akibat banyaknya jumlah tongkang batubara yang keluar masuk ke wilayah itu, sehingga operator (Pelindo) tak mampu menanganinya.
Kondisi ini menjadikan para pebisnis pelayaran pengangkut komoditi tersebut mengeluh. Sebab, hal itu dinilainya menimbulkan high cost.
Kepala KSOP Samarinda, Dwiyanto kepada Ocean Week menyatakan jika situasi kepadatan lalu lintas tongkang batubara baru terjadi belakangan ini. Karena dalam tiga bulan ini semua berbarengan masuk dari tambang-tambang lewat sungai kecil ke Mahakam.
“Saya sudah minta kepada operator pandu tunda (Pelindo) untuk menambah jam kerjanya, sehingga kepadatan antrean bisa diatasi,” katanya saat dimintai tanggapannya, Sabtu siang.
Dwiyanto mengaku agak ekstra hati-hati dalam menangani kasus seperti ini. “Saya sudah berapa kali dipanggil dewan, karena tongkang yang nabrak jembatan di sungai Mahakam. Jadi serba salah,” ujarnya.
Praktisi pelayaran sekaligus fungsionaris INSA Capt. Zaenal Hasibuan mengungkapkan dalam ilmu teknik bernavigasi di sungai, jika melawan arus maka tongkang/kapal mudah dikendalikan apalagi saat ke hulu tongkang kosong.
“Akhirnya sekarang antrian itu terjadi di dua sisi jembatan, yang kelaut dan ke hulu nunggu giliran lewat dan setor duit,” katanya.
Seperti diketahui bahwa kapal/tongkang yang melewati kolong jembatan sungai Mahakam harus menggunakan pandu tunda.
Namun, meski ada pandu tunda, kelancaran lalu lintas tongkang batubara tidak terjadi, bahkan cenderung macet. “Ini sudah berhari-hari seperti ini (macet),” kata Zaenal.
Sedangkan H. Sunarto, salah satu pengusaha kapal mengusulkan ke pemerintah (Kemenhub) agar jembatan Mahakam itu dirubah tinggi.
“Usulkan ke pusat ada proyek besar ganti jembatan yang tinggi seperti di selat borphoros kalau jembatan 3 pandu yang bawa harus melewati 3 jembatan konvoi keluar dan pandu pindah ke kapal yang antri mau masuk / kalau alurnya lebar saya kira kapal bisa masuk dan keluar tetapi jembatannya harus tinggi tiangnya di darat bukan di pinggir sungai tinggal alurnya dikeruk biar aman,” ungkapnya. (***)