Proses pengerukan alur Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu kembali menghadapi hambatan serius. Target tahap pertama yang seharusnya mencapai kedalaman 4 meter, hingga kini baru tercapai 2,9 meter.
Ketua DPC Indonesia National Shipowners Association (INSA) Bengkulu Rela Sumadiyana menyampaikan kalau maksimal draft masih di -2,9 meter. “Baru bagian yang Lentera Merah ke dalam. Kerja kapal keruk seperti nya kurang maksimal,” ujarnya kepada Ocean Week, Minggu, melalui WhatsApp nya.
Keterlambatan ini diperparah dengan kerusakan kapal bantu AHT Costa Fortuna 5, yang berfungsi sebagai tug boat pendukung kapal keruk utama CSD Costa Fortuna 3.
Kapal tersebut kini harus masuk docking untuk perbaikan. Padahal, keberadaannya sangat vital agar pengerukan berjalan optimal.
Dalam sebuah video singkat berdurasi 20 detik yang beredar, terdengar bunyi logam dipukul saat kru berusaha memperbaiki mesin kapal.
Kondisi ini diduga menjadi penyebab proses pengerukan tersendat, sehingga sedimentasi di pintu masuk pelabuhan belum dapat ditangani maksimal.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran banyak pihak. Pelabuhan Pulau Baai merupakan jalur utama keluar-masuk kapal pengangkut barang, termasuk ekspor batubara, CPO, dan komoditas andalan Bengkulu. Jika pengerukan terus terhambat, aktivitas bongkar muat bisa terganggu parah.
“Draf alur saat ini baru 2,9 meter dari target 4 meter. Kondisi diperburuk dengan kerusakan kapal bantu Costa Fortuna 5. Kami mendesak pihak pelaksana, dalam hal ini Rukindo, segera mempercepat perbaikan atau menyiapkan armada alternatif,” ujar Wakil Ketua DPC INSA Bengkulu sekaligus Anggota Komisi II DPRD Kota Bengkulu, Edi Haryanto, dikutip dari Antara.
Edi juga mengingatkan, jika masalah ini tidak segera ditangani, kapal-kapal besar pembawa CPO, batubara, kontainer, bahkan kapal Pertamina, berpotensi tidak bisa masuk lagi ke Pelabuhan Pulau Baai. Hal tersebut dikhawatirkan akan memukul aktivitas perdagangan dan distribusi logistik di Bengkulu.
“Kita minta pihak terkait, dalam hal ini Rukindo memperbaiki kapal tersebut, sehingga proses pengerukan bisa berjalan lagi. Jika tidak maka akan kembali terjadi sedimentasi pasir di mulut alur,” pintanya.
Sebelumnya, General Manager Pelindo Regional 2 Cabang Bengkulu, S. Joko, menyampaikan bahwa proses pengerukan ini bagian dari revitalisasi pelabuhan yang dilakukan bertahap. Dengan itu membutuhkan dukungan semua pihak.
“Normalisasi alur tidak bisa dilakukan hanya oleh satu pihak, namun membutuhkan sinergi lintas sektor. Dengan kolaborasi yang kuat, proses normalisasi alur bisa lebih optimal,” kata Joko. (**/ant/ow)