ALFI Riau mengajak semua stakeholders duduk bareng mencari solusi untuk mengatasi serpihan bungkil ekspor.
“Kita perlu duduk bersama antara semua pihak untuk mencari solusi, karena serpihan bungkil yang dimuat disini (pelabuhan) menimbulkan polusi,” kata Ketua ALFI Riau, Jhoni Munzir kepada Ocean Week, di Sumut, kemarin.
Menurut Jhoni, pola muat bungkil perlu dikaji, mungkin dengan sistem menggunakan conveyor yang tidak menimbulkan dampak lingkungan. Misalnya, terhadap perumahan penduduk, dan para nelayan.
“Pengaruh serpihan bungkil yang berterbangan ke laut, bisa timbulkan pencemaran.Dan belum lagi polusi yang tercecer dari minyak, melalui air tangki balas,” katanya.
Dari pemantauan ocean week dilapangan, beberapa waktu lalu ada kegiatan kapal muat curah kering, jenis bungkil, turunan ampas CPO, yaitu PKE, atau Palm Kernel Expeller. Komoditi tersebut di ekspor ke Eropah dan Jepang dari Pelabuhan Dumai.
Informasi yang diperoleh menyebutkan bahwa sekarang ini kegiatan melalui pelabuhan Dumai semakin membaik.
Kata Deputy GM Pelindo Dumai, Jonatan Ginting, untuk kunjungan kapal semester awal, tahun 2018 ada 46 call, meningkat 59 % tahun 2019 yakni 69 call.
Jonatan menyatakan, dengan meningkatnya kapal yang datang ke Dumai dengan ukuran lebih besar, maka perlu pula dilakukan pengerukan alur.
Terkait dengan kegiatan muat bungkil, Jonatan mengungkapkan bahwa serpihan bungkil yang berada di dermaga langsung dibersihkan.
“Tak ada masalah dengan AMDAL,” ucapnya. (rat/ow)