Pengamat kemaritiman Capt. Zaenal A. Hasibuan menegaskan, alat berat (eskavator) yang jatuh dan tenggelam di Muara Pegah, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur hingga kini belum juga dievakuasi.
Akibatnya, keberadaan alat berat yang tenggelam pada Rabu, 14 Januari 2024 lalu itu menimbulkan masalah baru yakni beberapa kali tertabrak kapal yang melintas diperairan tersebut.
“Masalahnya, karena eskavator itu tidak diangkat, sudah ada tug boat dan tongkang yang menabrak, lalu sekarang ada lagi kapal yang menabrak, bocor dan mungkin tenggelam,” ujarnya kepada Ocean Week di Jakarta, Kamis pagi.
“Masalahnya pemilik LCT tidak mengasuransikan muatannya. Apakah LCT tersebut punya asuransi, kita tidak tau. Pemilik LCT hanya mengangkat kapalnya, sementara muatannya ditinggal disana,” katanya.
Pemilik muatan yang sudah rugi sekitar Rp 39 Miliar, juga tidak mau disalahkan dan disuruh bayar sendiri mengangkat bangkai eskavatornya,” ungkap Zaenal.
Pertanyaannya, kata Zaenal, apakah untuk mengangkat itu kewajiban pengangkut (UU 17) atau pemilik eskavator.
Zaenal berharap supaya alat berat (eskavator) yang tenggelam tersebut bisa segera diangkat, agar alur pelayaran untuk keluar masuk kapal aman.
Seperti diketahui, belum lama ini, sebuah kapal motor dengan 17 anak buah kapal (ABK) mengalami kerusakan di lambung kiri akibat diduga menabrak alat berat yang belum dievakuasi tersebut.
Kejadian itu sempat diabadikan oleh salah satu crew kapal dan tersebar di media sosial.
Sudah tujuh bulan, 6 alat berat yang tenggelam di Muara Pegah, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur rupanya belum juga dievakuasi.
Akibatnya, keberadaan alat berat yang tenggelam tersebut membahayakan buat kapal-kapal yang melintas disana.
Pada tanggal 10 September lalu, KM Fuyo 18 yang melintas pada alur tersebut sempat menabrak alat-alat berat itu, dan mengalami kerusakan.
Kepala Bidang Keselamatan Berlayar Patroli dan Penjagaan Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Samarinda Capt. Yudi Kusmianto kepada wartawan menyampaikan KM Fuyo 18 menghantam bangkai alat berat yang karam sejak Januari 2024 itu dan hingga hari ini belum dievakuasi.
“Di kapal tersebut (KM Fuso 18) sejatinya ada pandu di kapal. Dan kami sudah menentukan langkah yang akan diambil,” ungkapnya.
Pihaknya sudah membuat notice to marine yang disiarkan ke seluruh kapal yang lewat, termasuk ke bagian navigasi.
Capt. Yudi menjelaskan KM Fuyo bertolak dari Jetty ITP tanpa muatan dengan tujuan ke daerah Tarjun, Kalimantan Selatan.
Karamnya kapal motor tersebut diketahui terjadi di antara buoy 3 dan 5. “Kawasan itu memang wajib dilakukan pemanduan oleh pandu yang berada di bawah kendali Pelindo IV karena alurnya sempit. Kamu telah memastikan titik kejadian dan sudah dipasang buoy khusus pasca kejadian karamnya alat berat muatan LCT Karya Fortuna itu agar kapal tak mendekat,” tegasnya.
Saat kejadian pihaknya memastikan kondisi cuaca tergolong aman untuk dilintasi. “Padahal kalau malam itu ada penandanya, lampu kelap-kelip,” katanya.
Capt. Yudi mengungkapkan, adanya alat berat yang karam di antara buoy 3 dan 5 menambah sempitnya alur di perairan. “Memang sempit, kalau di bagian tengah memang dalam, tapi semakin ke tepi jadi lebih dangkal,” ujarnya.
Pihaknya juga sudah menyurati perusahaan yang menaungi LCT sebanyak tiga kali.
Hal itu agar perusahaan segera mengangkat alat berat tersebut. Dia tak menampik bahwa proses pengangkatan alat berat yang karam sudah cukup lama dilakukan.
“Memang perlu biaya besar. Karena untuk mengangkat sejumlah alat berat itu cukup memerlukan banyak peralatan penunjang,” ujarnya lagi.
Sementara untuk KM Fuyo 18, pihaknya berencana melakukan pemeriksaan terhadap pandu maupun nakhoda kapal tersebut. “Kami akan panggil Pandu untuk dimintai keterangan,” katanya. (***)