Pelabuhan Marunda di Jakarta Utara, diakui Sekjen Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Sahat Simatupang, sangat prospektif, karena kegiatan kapal dan barang melalui pelabuhan ini dari tahun ke tahun terus meningkat.
“Makanya untuk menghindari terjadinya stagnasi, pemerintah mesti segera mengembangkan pelabuhan ini (Marunda). Kalau tidak, saya khawatir akan stagnasi,” kata Sahat kepada Ocean Week, di Cilegon, Selasa pagi (24/4).
Seperti diketahui bahwa tahun 2017 lalu, volume bongkar muat lewat pelabuhan Marunda tercatat 21 juta ton lebih, dan tidak kurang dari 300 call setiap bulan masuk ke Marunda.
Sahat menyatakan, pada tahun 2012, pemerintah (kantor OP Priok) sudah membuat master plan, Marunda masuk dalam master plan Tanjung Priok. Sebab, ujar Sahat, master plan Tanjung Priok bisa sampai Marunda, bahkan ke Kerawang.
Oleh karena itu, APBMI menyarankan agar pemerintah (Kemenhub) membuat perencanaan yang diikuti dengan pelaksanaan (RIP).
“Jika ada yang mau dirubah master plan tadi, ya segera dibuat, kalau nggak ada perubahan ya laksanakan,” ungkap Sahat.
Cuma untuk ini, APBMI minta supaya hal ini ditangani oleh yang profesional di bidangnya, terutama untuk pengembangan pelabuhan Marunda ini.
Sementara itu, Ketua Umum APBMI HM. Fuadi membenarkan jika pelabuhan Marunda memiliki prospek bagus kedepan.
“Prospeknya bagus ke depan, kegiatan juga terus meningkat, karena itu pemerintah perlu melakukan penataan dan pengembangan pelabuhan ini,” katanya.
Untuk diketahui, bahwa ada beberapa terminal di Marunda, yakni MCT, KCN, Kaliblencong, dan Dermaga Alfa. (***)