Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi bahwa industri pelayaran dunia bakal menghadapi perlambatan pertumbuhan perdagangan dan kelebihan pasokan kapal.
IMF juga menganalisa, ketika kapal-kapal yang dipesan oleh pelayaran di berbagai galangan kapal mulai dikirimkan dan booming, diprediksi bahwa tarif angkutan akan menunjukkan kelemahan, dan jika ketidakpastian kebijakan perdagangan semakin dalam, permintaan juga dapat menurun.
IMF memperkirakan tingkat pertumbuhan perdagangan akan turun 0,2 persen dari perkiraan sebelumnya menjadi 3,2 persen.
Tingkat pertumbuhan perdagangan tahun lalu adalah 3,4 persen. Perkiraan tingkat pertumbuhan perdagangan negara-negara maju, termasuk Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Jepang, Inggris dan Kanada adalah sebesar 2,1 persen, turun 0,5 poin persentase dari perkiraan awal.
Tingkat pertumbuhan perdagangan negara-negara berkembang, termasuk Tiongkok, India, Rusia, Brasil, Meksiko, dan Nigeria, adalah lima persen, meningkat sebesar 0,3 poin persentase dari perkiraan awal.
“Ketidakpastian kebijakan perdagangan telah mengurangi sentimen investasi,” kata IMF, sembari menambahkan bahwa ketidakpastian akan berangsur-angsur hilang pada tahun depan dengan pertumbuhan perdagangan sebesar 3,3 persen pada tahun 2026.
Industri pelayaran meyakini penurunan laju pertumbuhan perdagangan di negara maju akan berdampak lebih besar. Hal ini karena pertumbuhan rute dari Asia ke Amerika Utara dan Eropa pada tahun lalu menyumbang porsi yang signifikan terhadap pertumbuhan pasar, kata IMF.
Menurut perusahaan riset pelayaran Alphaliner, kapasitas mingguan rata-rata yang dikerahkan pada rute dari Asia ke Eropa tahun lalu adalah 469.683 TEU, meningkat 7,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kapasitas yang dikerahkan pada rute dari Asia ke Amerika Utara juga meningkat sebesar 3,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan rata-rata 546.751 TEU per minggu.
Tingkat pertumbuhan perdagangan berdampak pada kinerja perusahaan pelayaran. Pada tahun 2023, ketika tingkat pertumbuhan perdagangan turun menjadi 0,7 persen, perusahaan pelayaran mencatat kinerja yang buruk.
Pada saat itu, laba operasional HMM mencapai KWR584,8 miliar (US$41 juta), turun 94 persen dari tahun sebelumnya, dan penjualan juga turun 55 persen menjadi KWR840,1 miliar.
Sinokor Merchant Marine juga mengalami penurunan penjualan dan laba operasional pada periode yang sama masing-masing sebesar 37 persen dan 81 persen, menjadi KRW304,0 miliar dan 34,45 miliar. SM Line mencatat kerugian operasional.
Tahun ini, kekhawatiran akan kelebihan pasokan juga muncul karena kapal yang dipesan oleh perusahaan pelayaran yang mendapat manfaat dari ketakutan akan Covid mulai dikirimkan.
Institut Maritim Korea (KMI) memperkirakan kapasitas pelayaran global akan meningkat sebesar 3,2 persen tahun ini.
Bagaimana dengan Indonesia, apakah juga mengalami penurunan karena dampak dari global, kita lihat saja nanti. (**/scn)