PT Krakatau Bandar Samudera (KBS) terus melakukan perbaikan layanan. Digitalisasi sudah banyak diterapkan di Krakatau International Port (KIP) ini.
KIP juga memiliki pasar tetap dari grup Krakatau Steel mencapai 200 ribu ton per bulan pada tahun 2023 ini. “Itu belum termasuk pasar dari industri lain yang ada di sekitar Cilegon khususnya dan Banten pada umumnya,” kata Akbar Djohan, Dirut PT KBS kepada Ocean Week, di Jakarta, baru-baru ini.
Karena itu sangatlah wajar jika perseroan plat merah ini mampu menangani produksi bongkar muat barang sebesar 20 juta ton di tahun 2022 lalu. “Target kami adalah 25 juta ton, sesuai kapasitas terpasang, dan kami optimis target tersebut dapat kami capai di tahun-tahun mendatang. Untuk tahun 2023 ini target kami 23 juta ton,” ungkap Akbar.
Sekjen Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) ini, memiliki obsesi menjadikan KIP sebagai hub port curah Indonesia.
Menurut Akbar, saat ini KIP memiliki 17 dermaga (terminal). Namun perseroan akan terus melakukan pengembangan atau membangun dermaga menyesuaikan kebutuhan (demand).
“Tak hanya itu saja, kami juga akan menambah gudang, dan lapangan,” ujarnya.
KIP, ungkapnya, dapat melayani kapal dengan kapasitas 200.000 Dwt, karena kedalaman pelabuhan -21 LWS sehingga bisa mengakomodasi hingga 200.000 DWT. Sementara itu terkait dengan kecepatan bongkar, mencapai lebih dari 20.000 metrik ton per hari.
“Kami saat ini telah memiliki Continuous Ship Unloader (CSU) dengan kemampuan bongkar 20.000 ton/day yang memiliki kualitas food grade. Sehingga menjaga pasokan tidak terkontaminasi bakteri/zat berbahaya. Selain itu, sistem digitalisasi KIPOS yang dapat memonitor proses bongkar muat secara realtime, membuat proses bongkar muat pangan lebih cepat dan efisien,” ungkapnya.
Akbar juga menyampaikan bahwa penambahan berbagai infrastruktur strategis yang dilakukan merupakan komitmen KBS sebagai Integrated Industrial Port dalam menciptakan nilai tambah bagi stakeholder. “Dan itu merupakan bagian dari kesiapan kami dalam mendukung Cluster Industri Baja 10 juta ton di Cilegon. Artinya trafik di pelabuhan KBS, dari 10 juta itu, low materialnya berarti 30 juta ton. Nah, itu pasti lewat KIP,” tegasnya.

Dia pun mengatakan, pihaknya sudah melaksanakan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT Melchers Melindo Indonesia dan Hamburg Port Consulting GmBH guna pengembangan pelabuhan Cilegon dengan potensi nilai Rp 3 triliun.
“Ini adalah sebuah penjajakan pengembangan kepelabuhan agar ke depan PT KBS dapat meningkatkan kinerjanya dengan menarik investor potensial maupun mitra strategis,” katanya lagi.
Sebenarnya, kerja sama tersebut merupakan kelanjutan dari kerja sama sebelumnya untuk mempresentasikan temuan Pra-Studi Kelayakan dan mendiskusikan langkah ke depan khususnya mendapatkan pendanaan dan menarik investor dan mitra strategis yang tepat mengembangkan Krakatau International Port sesuai dengan kebutuhan baik di area Cilegon maupun di luar area Cilegon.
Akbar mengaku selama memimpin KBS, sudah banyak yang dilakukan perubahan untuk pengembangan perseroan tersebut. Termasuk bagaimana dirinya mendorong Krakatau International Port untuk menghubungkan ekosistem industri di kawasan Banten dan menjadi hub berbagai sektor industri mulai dari pangan hingga energi.
“Pelabuhan kami berpotensi menjadi solusi hub internasional port untuk pelayanan non-kontainer alias curah. Sebab, selain lokasinya tak jauh dari kawasan industri, infrastruktur penghubung juga tersedia selain jalan yakni rel hingga menuju Jawa Timur. Dengan tagline integrated industrial port, selain highway, kami juga punya infrastruktur railway Stasiun Krenceng bisa langsung ke Jawa Timur sampai masuk Pelabuhan Perak,” ungkapnya dalam acara seminar yang digelar INAMPA baru-baru ini di Jakarta.
Selain itu semua, Akbar mengaku kalau pihaknya sudah melakukan kerjasama dengan pelabuhan di Batam (SCN), membangun platform KIPOS, dan platform ini dipakai oleh nasional logistik ecosystem (NLE).
Kata Akbar Djohan, KBS pun telah melakukan transformasi bisnis bidang kepelabuhanan dan jasa logistik yang berbasis Smart Port dengan menitik-beratkan pada 3 hal utama, yakni Expanding Services, Operational Excellence, dan Creating New Business serta program perbaikan secara berkelanjutan, diantaranya Operating Efficiency, Commercial Excellence, Digitalization, Upgrading Port Supporting Facility Services, Organization Enablement Programs.
Ternyata upaya yang KBS lakukan ini terbukti meningkatkan kinerja perusahaan, hal ini terlihat dari beberapa indikator keuangan selama beberapa tahun terakhir. Pendapatan (revenue) KBS selama 4 tahun terakhir terus meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 13% per tahun.
Menyinggung soal digitalisasi pelabuhan, Akbar Djohan percaya bahwa dengan adanya digitalisasi pelabuhan ini dapat membuat sistem dan proses kinerja yang ada di dalamnya menjadi jauh lebih efisien baik dari sisi biaya maupun waktu.
KBS telah memiliki aplikasi khusus bernama KIPOS, dimana aplikasi ini merupakan inovasi yang telah dikembangkan oleh KBS guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam proses bisnis.
Dalam aplikasi KIPOS ini customer dapat memantau secara langsung cargo yang sedang dibongkar secara realtime, adapun informasi trucking yang dapat dipantau oleh customer secara daring, sehingga apabila terjadi ketidaksesuaian dapat langsung menghubungi pihak KBS terkait untuk mengkonfirmasi. Hal ini guna meningkatkan transparansi dan rasa percaya para customer yang selama ini selalu KBS kembangkan.
Dengan adanya aplikasi KIPOS ini, pengguna layanan nantinya akan mendapatkan kemudahan, antara lain terbebas dari ancaman fraud atau pemalsuan dokumen, pengurusan data operasional jauh lebih efektif, bahkan pengguna layanan bisa memantau pemrosesan di pelabuhan secara real time saat proses bongkar muat.
Sistem KIPOS ini juga melingkupi beberapa aspek seperti planning (K-Planning), customer (K-Customer), billing (K-Billing), administration (K-SysAdm), integration (K-Integration), operation (K-Operation).
“Kami siapkan satu kantor pelayanan terpadu satu atap yang berisi customer, immigration, ada karantina, dan ada port authority. Tentu ini memberikan manfaat yang jelas dan besar seperti meningkatkan produktivitas karena prosesnya lebih cepat dan secara digital, jadi lebih kompetitif, dan bisa membantu operasional hingga detail di lapangan,” ucapnya. (**)