Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan terus melakukan evaluasi terhadap program Laut Laut yang telah dicanangkan pemerintah.
“Jadi saya tidak pernah puas dengan apa yang telah kami capai. Harus ada evaluasi, misalnya kecepatan, besaran, harga,” katanya.
Sebenarnya, menurut Menhub, pencapaian program Tol Laut banyak, bahkan masyarakat sudah sangat tergantung pada sistem tersebut.
Budi Karya mencontohkan, dengan Tol Laut, pengangkutan sapi dari Nusa Tenggara Timur, dalam setahun bisa mencapai 700 ribu ekor sapi.
“Itu kan banyak, berhasil dong. Tapi kan enggak efektif karena baliknya kosong. Kami ingin nanti baliknya kita mengangkut daging. Jadi dipotong di sana diangkut, jadi sana sini ada isinya,” tutur Budi Karya.
Selain itu, Menhub Budi Karya juga melihat bagaimana ikan dari Dobo, Maluku, bisa dibawa ke Surabaya dan langsung diekspor. “Saya pikir itu perlu supaya ikannya masih segar,” ungkapnya.
Ke depannya, Budi Karya menyatakan akan membenahi semua itu sehingga Tol Laut tak lagi sekadar mengangkut, tapi memberikan pemanfaatan yang luas bagi masyarakat.
Bupati Morotai Benny Laos menyatakan bahwa tol laut masih dibutuhkan untuk kedepan, cuma mesti ada pembenahan sistemnya.
“Untuk wilayah kami pertahun ratusan ribu ton barang keluar masuk kesini (Morotai) menggunakan kapal tol laut. Nilai barang yang dibeli pemerintah kabupaten mencapai Rp 700 milyar, belum termasuk yang dibeli swasta, bisa mencapai Rp 1 triliun lebih. Itulah potensi yang ada di Morotai,” katanya kepada Ocean Week, usai diskusi mengenai optimalisasi pelabuhan dan pelayaran terhadap tol laut, di Surabaya, kemarin.
Hal senada juga disampaikan Farid Padang, direktur utama Pelindo IV maupun Putut Mulyanto, direktur operasi Pelindo III, bahwa program tol laut masih diperlukan, dan pihaknya siap untuk mensupport dari sisi pelabuhannya.
Begitu pula dengan Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto yang menyatakan, pemerintah mestinya lebih banyak lagi menggandeng swasta nasional untuk program tol laut ini.
Sebelumnya, Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Muhammad Halley Yudhistira mengatakan Tol Laut yang digagas Presiden Jokowi belum berdampak maksimal untuk memangkas kesenjangan harga di masyarakat. “Manfaat ekonomis dari keberadaan program tol laut sebagian besar dinikmati oleh pengusaha,” ujar Yudhistira.
Berdasarkan penelitian dari LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, dia mengatakan efektivitas program Tol Laut baru sebatas memangkas biaya pengiriman barang antar pulau, yaitu 30-50 persen lebih murah dibanding harga komersial.
Namun demikian, program Tol Laut tidak diikuti dengan efisiensi ongkos distribusi barang dari area pelabuhan ke daerah pegunungan. “Bisa jadi harga hanya turun di pelabuhan tapi tidak di luar itu,” tutur Yudhistira.
Saat ini, Yudhistira mengakui, Tol Laut memang masih dalam tahap menghubungkan pelabuhan ke pelabuhan. Namun, sistem ini dinilai belum bisa menjangkau lebih banyak wilayah bila tidak didukung oleh infrastruktur darat seperti jalan dan jalur kereta.Namun demikian, program Tol Laut tidak diikuti dengan efisiensi ongkos distribusi barang dari area pelabuhan ke daerah pegunungan.
“Bisa jadi harga hanya turun di pelabuhan tapi tidak di luar itu,” kata Yudhistira.
Saat ini, Yudhistira mengakui, tol laut memang masih dalam tahap menghubungkan pelabuhan ke pelabuhan. Namun, sistem ini dinilai belum bisa menjangkau lebih banyak wilayah bila tidak didukung oleh infrastruktur darat. (“””)