Pelabuhan Tanjung Priok tetap diharapkan bisa menjadi hub transhipment dan direct call kapal-kapal besar ke negara tujuan barang (kontainer).
Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan pun terus mendorong agar Tanjung Priok bisa menjadi pelabuhan transhipment. “Pokoknya jalan terus,” ujarnya singkat kepada Ocean Week, usai meresmikan TPS Online di Lampung, beberapa waktu lalu.
Pernyataan Luhut juga diiyakan Dirut Pelindo II Elvyn G. Masassya, bahwa di Tanjung Priok, trashipment untuk petikemas dari sejumlah pelabuhan sudah berjalan. Elvyn juga pernah mengatakan untuk menjadikan Priok sebagai pelabuhan transhipment kelas dunia, pihaknya menyiapkan dua aspek, yakni soft infrastruktur dan hard infrastruktur.
Untuk soft Infrastruktur, pihaknya tengah menyiapkan sekaligus meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) agar memiliki kapabilitas. Dengan SDM yang memiliki kapabilitas, maka daya saing dengan pelabuhan negara tetangga pun bisa meningkat.
“Sejak dua tahun terakhir sebenarnya mengcomfort proses di sana menjadi lebih sederhana, lebih transparan dan mengimplementasikan new sistem ini juga persyaratan bagi kargo owner, shipping Line untuk bisa menggunakan port tersebut menjadi rute transhipment. Yang ketiga tentu kompetitif tarif. Di sini ada pelaku yang sudah menikmati tarif kita yang kompetitif dibandingkan dengan Singapura. Tentu kita berharap ini bisa menjadi advantage untuk bisa menjadi transhipment port,” Elvyn menjelaskan.
Sementara dari sisi Hard Infrastruktur, ungkap Elvyn, pihaknya tengah menyiapkan peralatan hingga kedalaman alur pelayaran yang akan menjadi tempat bersandar kapal-kapal besar. “Di sisi hard infrastruktur, kita sudah memiliki peralatan modern, alur pelayaran yang dalam, kita memiliki kapasitas lahan yang cukup besar,” katanya.
Untuk mewujudkan transhipment port, Luhut menambahkan, memang tidak semudah membalik telapak tangan. “Perlu waktu, dan perlu mempersiapkan banyak hal,” kata Luhut.
Seperti diketahui, bahwa beberapa kapal yang selama ini melakukan transhipment di Priok, misalnya dari pelabuhan Panjang adalah kapal yang diageni Pelayaran Tresnamuda Sejati (TMS), ada tiga kapal dengan rata-rata muatan antara 400 – 500 TEUs. Lalu MSC, CMA CGM, dan beberapa pemain kecil lainnya.
GM Pelindo II Panjang Drajat Sulistyo kepada Ocean Week membenarkan itu. “Transhipment dari Panjang yang paling banyak itu TMS,” ujarnya, Senin pagi (17/9).
Cuma menurut salah satu pelayaran yang mengageni CMA CGM di Lampung, katanya kapal CMA CGM sudah tak lagi masuk ke Panjang, karena tak menguntungkan. Muatan yang ada tidak seimbang dengan cost operasional. Itu kata dia. “Saat ini yang masih kuat hanya TMS saja,” ucapnya.
Sementara itu, kontainer transhipment lain yang masuk ke Priok, yakni dari pelabuhan Palembang. Kapal-kapalnya diageni pelayaran IFL.
Tetapi, bagaimana pun wujudnya transhipment yang melalui Tanjug Priok, perlu terus didorong, agar Tanjung Priok dapat diwujudkan sebagai pusat konsolidasi barang Indonesia. (***)