Praktisi pelayaran menilai upaya pemberian tarif khusus untuk biaya penanganan transhipment petikemas domestik di pelabuhan Tanjung Perak, sangat positif, sepanjang itu bukan sebagai pencitraan direksi Pelindo III yang baru.
“Kalau itu memang benar-benar ada tarif khusus, lebih murah, efisien, bagus-bagus saja. Tapi jangan sampai transhipment domestik di Perak dijadikan sebagai sarana pencitraan oleh Doso Agung (Dirut Pelindo III baru), karena begitu masuk ke Pelindo III, dia harus membuat sesuatu yang beda agar dikenal oleh para pengguna jasa maupun yang lainnya. Jadi ada ciri khasnya. Kalau sewaktu di Pelindo IV (saat menjabat Dirut Pelindo IV), Doso Agung dikenal dengan ‘label’ direct call, dan itu nggak mungkin diteruskan di Perak, sebab di Perak memang tak ada direct call,” kata Asmari Hery Prayitno, pengamat pelayaran yang juga salah satu ketua Kadin Indonesia, bidang infrastruktur kepada Ocean Week, Senin sore (11/2), mengomentari transhipment Tanjung Perak.
Lagi pula, ungkap Asmari, kegiatan petikemas di Tanjung Perak baik di TPS Surabaya, BJTI, dan Teluk Lamong yang sekarang dilebeli sebagai Transhipment tersebut sudah berlangsung selama ini, cuma tidak dilebel sebagai trashipment. “Ya itu tadi, Doso nggak mungkin menerapkan direct call disini, makanya dia harus ada ciri khasnya selama menjabat sebagai dirut di Pelindo III ini,” ungkapnya.
Asmari juga mengingatkan sekaligus mempertanyakan, bagaimana direct call yang dicanangkan Doso Agung sewaktu jadi dirut Pelindo IV, apakah berkelanjutan dan fisible. “Dia nggak peduli apakah berlanjut atau tidak direct call itu, yang penting tujuannya tercapai,” ucapnya kritis.
Menurut dirut di salah satu perusahaan pelayaran grup Samudera Indonesia ini, dengan transhipment, tarif juga diyakini tidak ada perubahan, dan tak banyak berpengaruh terhadap kegiatan petikemas di pelabuhan. “Sebab, memang itu sudah berjalan, itu oong kosong saja,” katanya lagi.
Meski begitu, Asmari berharap, layanan di Tanjung Perak akan semakin membaik, efisiensi dapat tercipta, produktivitas bongkar muat petikemas semakin cepat, sehingga cost logistik murah bisa dirasakan semua kalangan.
Lukman Lajoni, penasihat INSA Surabaya juga sependapat dengan Asmari. “Apa yang oleh Dirut baru Pelindo III (Doso Agung-red) disebut sebagai transhipment, sudah lama ada di pelabuhan sini (Perak). Jadi apalah artinya ganti nama, yang penting bagaimana pelindo tak naikin tarif terus,” katanya kepada Ocean Week, beberapa waktu lalu.
Tetapi, menurut Teddy Arief, Direktur Pelayaran Tempuran Emas, transhipment yang digagas Dirut Pelindo III dinilainya positif dan bagus. “Tarif transhipment domestik pada terminal-terminal di wilayah Tanjung Perak bisa satu harga, itu bagus. Kami menunggu berapa biaya transhipment yang katanya mau diberikan tarif khusus,” ujarnya kepada Ocean Week, di kantornya, Senin (11/2).
Tarif Masih Digodok
Sementara itu, Doso Agung, Dirut PT Pelindo III menyatakan, perseroan berencana memberlakukan tarif khusus untuk biaya handling transhipment peti kemas domestik di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur.

Upaya tersebut, dimaksudkan untuk bisa menurunkan biaya logistik dari sisi kepelabuhanan. “Pelabuhan Tanjung Perak memiliki letak strategis sebagai penghubung wilayah barat dan timur Indonesia. Oleh karenanya, pemberlakuan tarif khusus ini diharapkan mampu menurunkan biaya pengiriman barang dan daya saing logistik di wilayah timur Indonesia,” ungkap Doso dalam keterangan resminya, beberapa waktu lalu.
Menurut mantan Dirut Pelindo IV ini, saat ini berapa besaran tarif khusus tersebut masih dalam proses finalisasi dan akan segera diumumkan kepada para pengguna jasa.
“Besarannya masih dirumuskan oleh tim internal kami, yang pasti akan diumumkan dalam waktu dekat ini dan berlaku untuk penanganan antar terminal di Pelabuhan Tanjung Perak. Sehingga manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh para pengguna jasa,” ucap Doso.
Saat ini Pelabuhan Tanjung Perak menangani 72 jalur pelayaran peti kemas domestik. Hal ini dinilai Doso bahwa Tanjung Perak memiliki peran yang sangat penting dalam distribusi logistik ke berbagai wilayah Indonesia. (***)