Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengemukakan, Konektivitas dan distribusi logistik menjadi salah satu fokus yang dikerjakan oleh pemerintahan Presiden Jokowi dan JK, melalui program tol laut.
“Namun tol laut tujuan utamanya tidak hanya bagaimana mendistribusikan barang ke wilayah Indonesia Timur saja, tapi dari Timur juga menghasilkan menghasilkan barang yang dapat diangkut ke Barat,” kata Menhub pada acara Indonesia Change Management Forum (ICMF) 2017 di Menara Merdeka, Jakarta, Senin (3/4).
Menhub juga menjelaskan bagaimana upaya Pemerintah (Kementerian Perhubungan) dalam mengatasi disparitas harga antara wilayah Indonesia Barat dan Indonesia Timur.
Program Tol Laut yang dijalankan Pemerintah, diharapkan dapat memberikan kemakmuran baru khususnya bagi Indonesia bagian Timur. “Kita tahu banyak usaha di daerah Indonesia Timur, seperti di puncak Jaya Wijaya. Kita harap agar probabilitas saudara-saudara kita di timur itu bangkit. Banyak kapal dari Jakarta ke Maluku tapi kembalinya kosong. Artinya, kita harus melakukan inisiasi-inisiasi tertentu. Kalau kita bikin perkebunan atau peternakan sapi yang besar, maka kita akan mendapatkan barang-barang dari timur ke barat,” ungkapnya.
Budi Karya juga menceritakan, setelah diterapkan tol laut, ternyata banyak sekali hal-hal yang belum kita lakukan, ditemukan. “Bisa dibayangkan di sana (Indonesia timur) ada satu kota yang cuma sebulan sekali disinggahi oleh kapal, sehingga tol laut memberikan darah baru bagi kota-kota tersebut,” ujar Menhub.
Menhub Budi Karya juga menjelaskan kondisi sebenarnya di laut yang sangat berbeda dengan apa yang ditampilkan di Televisi. Kapal-kapal yang berada di sana sudah tua dan para pelautnya juga kurang terampil.
“Kita bisa melihat bagaimana suatu nestapa terjadi di sana (laut), karena kapal sudah berumur 15 tahun dan pelaut-pelautnya pun tidak tahu bagaimana cara mengoperasikannya. Oleh karenanya, kami (Kementerian Perhubungan) memberikan 100 kapal secara gratis dan mendidik kurang lebih 48.335 pelaut,” lanjut Menhub.
Makanya pada kesempatan itu, Menhub juga meminta kepada ikatan alumni universitas yang tergabung dalam Himpuni untuk dapat bekerja sama dalam mensukseskan program Kementerian Perhubungan.
“Kami meminta ikatan alumni universitas-universitas untuk bekerjasama membuat diklat vokasi bagi 48.335 pelaut dan meminta universitas membangun pelayaran rakyat. Bisa dibayangkan saat ini industri kapal-kapal phinisi sudah turun. Dengan kita bangun sekarang 100, tahun berikutnya 200, kemudian 300. Kapal-kapal indah yang kita lihat di Televisi itu memang real (nyata) ada di laut,” katanya. (hum/**)
“Namun tol laut tujuan utamanya tidak hanya bagaimana mendistribusikan barang ke wilayah Indonesia Timur saja, tapi dari Timur juga menghasilkan menghasilkan barang yang dapat diangkut ke Barat,” kata Menhub pada acara Indonesia Change Management Forum (ICMF) 2017 di Menara Merdeka, Jakarta, Senin (3/4).
Menhub juga menjelaskan bagaimana upaya Pemerintah (Kementerian Perhubungan) dalam mengatasi disparitas harga antara wilayah Indonesia Barat dan Indonesia Timur.
Program Tol Laut yang dijalankan Pemerintah, diharapkan dapat memberikan kemakmuran baru khususnya bagi Indonesia bagian Timur. “Kita tahu banyak usaha di daerah Indonesia Timur, seperti di puncak Jaya Wijaya. Kita harap agar probabilitas saudara-saudara kita di timur itu bangkit. Banyak kapal dari Jakarta ke Maluku tapi kembalinya kosong. Artinya, kita harus melakukan inisiasi-inisiasi tertentu. Kalau kita bikin perkebunan atau peternakan sapi yang besar, maka kita akan mendapatkan barang-barang dari timur ke barat,” ungkapnya.
Budi Karya juga menceritakan, setelah diterapkan tol laut, ternyata banyak sekali hal-hal yang belum kita lakukan, ditemukan. “Bisa dibayangkan di sana (Indonesia timur) ada satu kota yang cuma sebulan sekali disinggahi oleh kapal, sehingga tol laut memberikan darah baru bagi kota-kota tersebut,” ujar Menhub.
Menhub Budi Karya juga menjelaskan kondisi sebenarnya di laut yang sangat berbeda dengan apa yang ditampilkan di Televisi. Kapal-kapal yang berada di sana sudah tua dan para pelautnya juga kurang terampil.
“Kita bisa melihat bagaimana suatu nestapa terjadi di sana (laut), karena kapal sudah berumur 15 tahun dan pelaut-pelautnya pun tidak tahu bagaimana cara mengoperasikannya. Oleh karenanya, kami (Kementerian Perhubungan) memberikan 100 kapal secara gratis dan mendidik kurang lebih 48.335 pelaut,” lanjut Menhub.
Makanya pada kesempatan itu, Menhub juga meminta kepada ikatan alumni universitas yang tergabung dalam Himpuni untuk dapat bekerja sama dalam mensukseskan program Kementerian Perhubungan.
“Kami meminta ikatan alumni universitas-universitas untuk bekerjasama membuat diklat vokasi bagi 48.335 pelaut dan meminta universitas membangun pelayaran rakyat. Bisa dibayangkan saat ini industri kapal-kapal phinisi sudah turun. Dengan kita bangun sekarang 100, tahun berikutnya 200, kemudian 300. Kapal-kapal indah yang kita lihat di Televisi itu memang real (nyata) ada di laut,” katanya. (hum/**)