Terminal Teluk Lamong (TTL) di Gresik Jawa Timur menjadi salah satu terminal petikemas di Indonesia berkonsep ramah lingkungan. Memasuki wilayah TTL, kita akan disuguhi silo sepanjang satu kilo meter disebelah kiri jalan dan di kanan tampak lautan luas yang membentang dengan kapal-kapal menunggu sandar.
Menuju ke dermaga TTL untuk melihat kegiatan bongkar muat, kita harus melewati semacam jembatan yang cukup panjang dibangun diatas permukaan laut. Konsep TTL, sangatlah mirip dengan Kuala Tanjung di Sumatera Utara yang tengah menunggu penyelesian pembangunannnya. Sungguh menyenangkan ke TTL, karena masuk ke terminal ini, kita tidak merasakan adanya kebisingan, melainkan seperti berwisata ke sebuah taman.
Pagi itu, Rabu (26/4) lalu, reporter Ocean Week ditemani Rumaji (Direktur TTL), Wara Djatmika (pemasaran TTL) dan Reka (Humas TTL) memperoleh kesempatan menapaki terminal berkonsep ‘green port’ ini. Sebuah konsep pelabuhan ramah lingkungan yang perdana di Indonesia.
Jika di terminal-terminal petikemas lain, truk-truk yang berkegiatan menggunakan bahan bakar solar, namun di TTL berbahan bakar gas, dan semua truk sudah teregister dengan dilengkapi suatu system, sehingga jika ada truk yang tidak tercatat, dipastikan tak bisa keluar masuk disini.
Menurut Rumaji, semua transaksi di terminal ini pun sudah 100% online system. Seperti di pelabuhan kebanyakan, TTL juga melayani 24 jam 7 hari kerja. Sayangnya, konsep truking berbahan bakar gas ini belum sepenuhnya mendapat respon dari para pengguna jasa.
Informasi tersebut disampaikan oleh Ketua Organda Pelabuhan, Kodi Lamahayu. “Karena truk dengan bahan bakar gas selain mahal, juga belum familiar. Sebetulnya sangat positif dapat mengurangi polusi udara,” ujarnya di Kantornya.
Makanya, pengelola TTL akhirnya mengubah kebijakannya, tidak bersikeras mempertahankan truk berbahan bakar gas yang dapat memasuki lini satu, namun juga truk berbahan bakar premium, solar dapat memasuki areal lini satu, sepanjang memebuhi persyaratan uji emisi gas buangannya.
Dalam tiga tahun kehadirannya, TTL berkembang cukup pesat. Terminal inipun sudah memiliki pasar tetap, baik kapal-kapal internasional maupun domestic. Bahkan, disini bukan saja menangani container, tapi general kargo dan curah.
Kata Rumaji, dermaga untuk kegiatan curah kering, kini menjadi salah satu andalan di terminal ini. Sebab, untuk kegiatan container, kami mesti memperhitungkan keberadaan TPS Surabaya yang jauh lebih dulu dibandingkan kelahirannya.
“Uji coba untuk kegiatan curah kering sudah dilakukan pada 8 Maret 2017 lalu untuk komoditi kedelai. Makanya efektifnya baru pada 13 April lalu resmi melayani aktifitas curah kering ini,” ujarnya sembari menunjukkan dua container yang sekaligus diangkat ke kapal yang diageni Sinokor menggunakan crane twin lift.
Kapal MV Palona berbendera Hongkong, cerita Rumaji, menjadi kapal perdana yang berkegiatan bongkar disini untuk bongkar 30.262 ton. Kapal berjenis Panamax tersebut memiliki panjang 229 meter dan lebar 32.26 meter, sukses dibongkar muatannya sesuai harapan semuanya.
Untuk service di curah kering ini, TTL melengkapinya dengan dua unit Grab Ship Unloader (GSU) berkapasitas 2000 ton per jam, serta 2 jalur conveyor sepanjang 1,3 km yang terhubung langsung dengan silo dan gudang seluas 10Ha.
Sementara untuk gudang penyimpanan di lahan curah kering, mampu menampung 120.000 ton, sedangkan silo dapat menyimpan hingga 80.000 ton komoditi pangan sehingga total kapasitas gudang penumpukan sebesar 200.000 ton.
Komoditi pangan yang dapat disimpan di silo berupa butiran seperti kedelai, jagung, beras, dan lain-lain. Sedangkan gudang penumpukan digunakan untuk menyimpan komoditi berupa serbuk seperti soya bean meal (SBM), raw sugar, dan lainnya. “Disini pun tetap mengutamakan prinsip green port,” ungkap Rumaji.
Dermaga curah kering yang kini mulai dioperasikan memiliki panjang 250 meter dan lebar 80 meter. Rencananya dermaga akan diperpanjang menjadi 500 meter dengan kedalaman -14 Lws, sehingga kapal berkapasitas 80.000 Dwt dapat terlayani di dermaga ini.
Selama sekitar satu jam Ocean Week, berada di TTL dan melihat langsung aktifitas bongkar muat container, dapat menyimpulkan bahwa terminal ini memang menjadi salah satu terminal petikemas yang sudah berkelas internasional. Bukan saja produktivitas bongkar muatnya yang tinggi mencapai 50 BSH, namun peralatan crane penunjang bongkar muatnya juga canggih, semua sudah twil iift, sehingga dapat mengangkat dua container sekaligus.
Tidaklah heran jika, perseroan mentargetkan pada tahun 2017 ini mampu melayani 450 ribu TEUs, meskipun tahun 2016 lalu masih mencatat hanya sekitar 250 ribu TEUs. (rid/iw/**)