Tak banyak ada perubahan dengan pelabuhan Teluk Bayur, bahkan setelah membangun tangki-tangki CPO dan dermaga petikemas beberapa tahun lalu, pelabuhan di Padang Sumatera Barat ini belum melakukan pembangunan lagi. Kantor PT Pelindo Cabang Teluk Bayur pun tak juga ada yang berubah, bentuk bangunan masih sama dengan sepukuh tahun lalu.
Rencana pembangunan dan pengembangan pelabuhan memang sudah direncanakan, dan sebagian sedang dilakukan adalah pembebasan lahan di areal depan kantor Pelindo Teluk Bayur. Kata Mulyadi (General Manager) lahan seluas sekitar 5 hektar itu diperuntukkan sebagai container yard (CY), dan juga perkantoran.
Sewaktu Ocean Week ke pelabuhan, terkesan bahwa wajah dan pemandangan pelabuhan ini masih sama dengan sepuluh dua puluh tahun lalu. Hanya saja akses jalan masuk sudah lebar dan bagus. Tetapi begitu memasuki gerbang pelabuhan, pemandangannya sama seperti dulu. Silo semen terlihat mendominasi aktivitas di pelabuhan. Jika menengok ke kiri, maka tampaklah aktivitas sandar kapal dan bongkar muat berbagai kargo.
Bahkan di lapangan penumpukan, puluhan mobil baru terparkir rapi sebelum dikirimkan ke dealer. Dulu hingga sepuluh tahun kebelakang, di dermaga umum ini masih ada kapal Pelni yang mondar mandir ke Padang-Jakarta. Namun, sejak transportasi lewat udara lebih cepat, lebih murah, masyarakat pun beralih ke transportasi udara, sehingga Pelni memutuskan menghentikan rute ke wilayah ini.
Siang itu (28/10), cuaca di pelabuhan Teluk Bayur sangat menyengat. Ketika Ocean Week mengambil gambar aktivitas kapal, panas matahari seakan memerahkan muka seperti habis tertampar.
Kegiatan di terminal petikemas juga tak terlihat ramai, tumpukan petikemas tak bergerak karena mobil crane yang menjadi alat angkat container dari penumpukan ke truk, juga terdiam tak jauh dari petikemas-petikemas itu.
Menurut Mulyadi, tahun 2016 ini kegiatan di pelabuhan diakuinya menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Data dari Teluk Bayur mencatat bahwa semen masih mendominasi, tahun 2014 3.248.788 ton, turun menjadi 3.114.831 ton di 2015, sedangkan tahun 2016 semester satu mencapi 1.597.612 ton.
Lalu CPO diurutan kedua, tahun 2014 tercatat 2.225.242 ton, meningkat menjadi 2.2571.880 ton pada 2015, sementara semester pertama 2016 sudah mencapai 1.237.375 ton. Untuk petikemas, tahun 2014 mencatat 1.106.436 ton, turun sedikit menjadi 1.064.700 ton tahun 2015, sedangkan tahun 2016 semester pertama mencatat 556.560 ton.
“Tahun 2013 menjadi kegiatan terbesar dalam 4 tahun terakhir. Dari arus barang ekspor impor maupun domestic tahun itu mencatat total 12.959.770 ton, meningkat disbanding tahun sebelumnya yang mencapai 12.159.370 ton. Tahun 2014 hanya 12.084.354 ton, dan turun menjadi 11.991.010 ton tahun 2015,” kata Mulyadi.
Ekspor ke India
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, Dody Herlando kepada pers mengungkapkan ekspor Sumatra Barat (Sumbar) Januari hingga September 2016 mencapai 1.201,0 juta Dolar AS atau turun sebesar 10,68 persen dibanding periode yang sama tahun 2015.
Menurut Dody, ekspor paling besar pada September 2016 adalah lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 117,5 juta Dolar AS, diikuti karet dan barang dari karet sebesar 29,3 juta Dolar AS, dan berbagai produk kimia sebesar 3,6 juta Dolar AS.
“Untuk negara terbesar tujuan, ekspor nonmigas pada September 2016 ialah ke India sebesar 68,8 juta Dolar AS, selanjutnya ke Amerika Serikat (AS) sebesar 32,1 juta Dolar AS, dan Singapura sebesar 13,6 juta Dolar AS,” ujarnya.
Sementara itu, kata Dody, ekspor ke India memberikan peranan sebesar 38,64 persen terhadap total ekspor Sumbar, AS 20,23 persen, dan Singapura 11,99 persen pada Januari hingga September.
Dody menyebutkan, sektor ekspor produk industri pada September turun sebesar 1,38 persen dibanding ekspor pada Agustus.
“Nilai ekspor Sumbar, yang semuanya berasal dari komoditi nonmigas, pada September senilai 161,0 juta Dolar AS atau naik sebesar 1,19 persen dibandingkan dengan ekspor pada Agustus senilai 159,1 juta Dolar AS,” ungkapnya lagi.
Ekspor Sumbar pada September, kata Dody, naik sebesar 12,51 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan nilai ekspor kumulatif Januari-September 2016 tercatat 1.201,0 juta Dolar AS, turun sebesar 10,68 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Dody menambahkan, nilai impor secara kumulatif Sumbar Januari hingga September mencapai 281,5 juta Dolar AS atau turun sebesar 41,79 persen. Sementara itu, golongan barang impor pada September 2016 paling besar ialah bahan bakar mineral sebesar 36,0 juta Dolar AS, dan golongan pupuk sebesar 2,4 juta Dolar AS.
“Negara pemasok impor pada September 2016 terbesar adalah dari Singapura senilai 25,0 juta Dólar AS, dan Malaysia senilai 11,0 juta Dólar AS,” ucapnya.
Impor dari Singapura menduduki tempat teratas dengan perannya sebesar 67,43 persen, dan Malaysia sebesar 12,37persen selama Januari hingga September 2016.
“Nilai impor Sumbar senilai 39,3 juta Dolar AS hampir semuanya dibongkar melalui pelabuhan Teluk Bayur,” katanya.
Mulyadi juga membenarkan kalau masih ada satu kapal internasional mengangkut barang karet dan turunannya dari Teluk Bayur diekspor ke luar negeri. “Itu sudah berlangsung lama,” katanya mengakhiri ceritanya. (***)