Semua stakeholder di pelabuhan Tanjung Priok menyatakan mendukung rencana penerapan terminal booking sistem (TBS), sepanjang dapat menjadikan cost logistik lebih efisien dan efektif.
Hal itu serentak dikemukakan Adil Karim (Ketua ALFI Jakarta), Gemilang Tarigan (Ketua Umum Aptrindo), Ali (Organda), maupun Antoni (dari Logindo), pada acara Forum Smart Port Pelabuhan Tanjung Priok, Mewujudkan Truck & Terminal Booking System (TTBS) di Pelabuhan Tanjung Priok, bertempat di PMLI Bogor, Kamis (16/6/2022).
Hanya saja, tak sedikit pula yang mempertanyakan sejauh mana kesiapan cargo owner dan driver saat sistem TBS ini diberlakukan.
Mengingat, banyak driver yang gagap teknologi, belum lagi merubah perilaku cargo owner yang tak juga mudah.
Adil Karim menyarankan supaya sebelum TBS benar-benar diberlakukan, Pelindo menyiapkan terlebih dulu buffer area truk yang memadai. “Sekitar 65% truk yang hendak masuk ke pelabuhan dari industri timur Jakarta perlu disiapkan buffer area. Kalau buffer area di barat sudah ada di ex. Inggom,” ungkap Adil optimis sembari menambahkan bahwa TBS diyakini dapat mengurangi kemacetan di pelabuhan sekitarnya, serta bisa mengurangi emisi.
Data mencatat pada bulan Desember 2021, gate transaction di JICT dan TPK Koja mencapai 165,575 truk. Hari Rabu menjadi yang tersibuk di bulan itu, dengan total gate transaction komulatif sebulan di hari Rabu ada 34,871 truk.

Selain itu, ujar Adil, operator terminal dapat mengelola volume truk lebih baik dan memastikan waktu penyelesaian (SLA/SLG).
“Karena itu perlu IT yang handal dengan payung regulasi perlu ada. Dan yang penting adanya komunikasi dan kolaborasi antara semua pihak terkait,” kata Adil.
Adil juga berpesan agar mengajak bicara semua pihak terkait dalam mendesign TBS tersebut sebelum dilaksanakan.
Sedangkan GM Pelindo Regional 2 Tanjung Priok Hadi Safitri mengemukakan pentingnya kolaborasi dengan pengguna jasa dalam mensukseskan TBS ini.
Dia berharap dengan TBS ini, truk dapat membawa kontainer masuk dan keluarnya dari pelabuhan.
Memang tidak mudah untuk menerapkan TBS, karena adanya regulasi yang melarang truk melintasi jalan pada jam-jam tertentu. Akibatnya, truk akan datang bersamaan setelah jam larangan tersebut.
Jika sekitar 17 ribu per hari truk kontainer berkegiatan di pelabuhan Priok, bagaimana bisa menghindari kemacetan kalau truk datang secara bersamaan.
“Semoga dengan TBS ini bisa mengurai kemacetan, sebab kedatangan truk akan terencana jam nya,” ujarnya.
Sementara itu, operator terminal petikemas (JICT, NPCT1, MAL, IPC TPK) menyambut baik rencana TBS tersebut. Bahkan JICT menyatakan kesiapannya. “September mendatang kami akan merilis TBS. Nanti kita akan berkolaborasi dengan semua pihak terkait,” ungkap perwakilan JICT.
Hal sama pun dikemukakan perwakilan MAL, NPCT1 dan IPC TPK.

Direktur operasi IPC TPK David Sirait mempertanyakan apakah dengan TBS ini bener bisa efisien dan efektif. Lalu apakah cargo owner juga sudah siap dengan sistem ini. “Bagaimana dengan driver ID, apakah semua driver sudah menggunakan smart phone,” tanya David Sirait.
Pertanyaan yang sama pun meluncur dari Ali (dari Organda). Dia mencontohkan bagaimana sulitnya mengubah kebiasaan driver di salah satu taksi terkemuka di Indonesia ini saat ada perubahan dari manual ke teknologi. “Bagaimana menstandarkan driver, bagaimana sosialisasi yang bener-bener melibatkan pengemudi truk, karena tak semua pengemudi memiliki smart phone. Dan apakah dengan TBS ini bisa meningkatkan produktivitas truk. Saat ini berdasarkan data Organda, per bulan tak lebih dari 15 trip,” ungkapnya.
Ketua Umum Aptrindo Gemilang Tarigan pun berharap dengan diterapkannya TBS, utilisasi truk akan meningkat. “Saya berharap dengan sistem itu akan meningkatkan produktivitas truk. Lalu apakah ada penalti jika truk yang booking tidak menepati kedatangannya, begitu pula dengan operator terminal,” katanya.
Namun demikian, semua pihak mengapresiasi dan siap mensupport rencana TBS tersebut diterapkan di pelabuhan Tanjung Priok dalam rangka mewujudkan nasional logistik ekosistem (NLE).
Sedangkan Capt. Wisnu Handoko, kepala OP Tanjung Priok saat ditanya Ocean Week, kapan TBS bisa diberlakukan, juga belum dapat memastikan kapan waktunya. “Yang jelas masih terus dirancang, dikoordikasikan, dan terus dirapatkan dengan semua pihak terkait,” katanya.
Tetapi, semangat semuanya untuk menuju perbaikan pelabuhan Tanjung Priok sudah ada. “Kami berharap segera terwujud,” katanya. (***)