Ketua Asosiasi Pengelola Terminal Petikemas Indonesia (APTPI) Dothy menyatakan terminal petikemas akan menghadapi tantangan dalam pengelolaan, karena adanya tren perubahan ukuran besaran kapal yang dipakai perusahaan pelayaran.
“Kesiapan terminal untuk dapat melayani kapal kapal yang lebih besar menjadi salah satu kunci bagi terminal untuk survive dalam menghadapi perubahan ke depan,” ujarnya.
Menurut Ketua Asean Port Association (APA) ini, operasional terminal baru di Jakarta (NPCT1-red) dan Surabaya (Teluk Lamong-red) juga menjadi tantangan bagi terminal operator lainnya untuk memperbaiki pelayanan, karena pelayaran sekarang memiliki banyak pilihan fasilitas terminal.
Dothy juga menyatakan terminal operator harus berusaha menerapkan efisiensi biaya operasional (cost efficiency). “Mungkin terminal operator dapat melakukan konversi energi dalam operasional terminalnya. Misalnya, terminal operator mengkonversi sumber energi bagi alat bongkar muatnya dari diesel ke listrik,” ungkapnya.
Catatan Ocean Week ada banyak terminal petikemas di Indonesia ini, antara lain, di Priok saja ada JICT, TPK Koja, MAL, Terminal Operasi 3, dan NPCT1.
Di Surabaya, ada TPS Surabaya, BJTI, dan Teluk Lamong. Sementara itu di Medan, ada BICT, dan Belawan. Semarang ada TPKS, di Kaltim ada Palaran dan Kariangau, di Sulawesi Selatan ada TPK Makassar, di Sumatera ada TPK Panjang, dan sebagainya.
Jadi semua pengelola mesti dapat menarik hati shipping line untuk menggunakan fasilitas terminalnya, karena sekarang pelayaran dimanjakan dengan banyaknya pilihan beraktivitas. Namun, para operator terminal memang tidak dapat berbuat banyak, contohnya kedalaman kolam, sebab fasilitas yang satu ini sudah diketahui oleh pelayaran. “Dan sebenarnya shipping line sudah tahu fasilityas yang dimiliki terminal. Pelayaran mau masuk ke terminal mana dan daerah mana sudah tahu semua. Jadi operator terminal hanya tinggal bagaimana mampu meyakin pasar untuk masuk ke terminalnya,” kata salah seorang pelayaran di Priok.
Seperti diketahui bahwa arus barang/petikemas melalui pelabuhan di Indonesia belakangan ini menurun. Itu karena pengaruh perekonomian global yang belum tumbuh.
Di Makassar misalnya, menurut Baharuddin, Corporate Secretary PT Pelindo 4, volume barang secara menyeluruh lewat pelabuhan ini tahun 2015 mencapai 6.755 box, 7.650 TEUs, dan 61.165 ton, turun di tahun 2016 menjadi 3.098 box, 3.506 TEUs, dan 26.385 ton. Sedangkan berdasarkan RKA 2017, tercatat 6.417 box, 7.262 TEUs, dan 54.655 ton.
Sementara itu di pelabuhan Tanjung Priok, data bongkar muat domestic yang diperoleh Ocean Week menyebutkan bahwa tahun 2014 tercatat 1.796.836 TEUs, turun menjadi 1.510.369 TEUs tahun 2015, dan tahun 2016 hingga Oktober mencapai 1.332.693 TEUs. Sedangkan kegiatan bongkar muat di internasional tahun 2014 mencapai 666.946 TEUs, turun menjadi 492.133 TEUs tahun 2015, sedangkan hingga Oktober 2016 baru mencapai 661.397 TEUs. Sehingga total kegiatan di pelabuhan ini baik domestic maupun internasional tercatat 2.463.782 TEUs (2014), turun menjadi 2.002.503 TEUs (2015), dan 2016 hingga Oktober mencapai 1.994.090 TEUs.
Untuk ship call tahun 2014 mencatat 16.747 unit atau 119.209.617 GT, lalu 14.654 unit atau 120.268.975 GT (2015), dan sampai Oktober 2016 tercatat 11.662 unit atau 102.823.465 GT.
Arus Kapal di Pelabuhan Tanjung Perak pada triwulan ketiga 2016 mengalami kenaikan hingga 11% menjadi 10.609 unit dibandingkan pada triwulan ketiga 2015 yang hanya 9.500 unit.
Arus barang pada triwulan ketiga 2016 mencapai 10.891.611 T/M3. Sedangkan, pada triwulan ketiga 2015 mencapai 10.454.209 T/M3.
Kata Kepala Humas Pelindo III Pelabuhan Tanjung Perak, Oscar Yogi Yustiano, hal yang sama juga terjadi pada arus petikemas (diluar Terminal Petikemas Surabaya, BJTI Port dan Terminal Teluk Lamong) dan hewan di Pelabuhan Tanjung Perak yang juga mengalami kenaikan masing-masing sekitar 7% dan 33%.
Arus peti kemas pada triwulan ketiga 2016 mencapai 441.936 TEUS. Sedangkan, pada triwulan ketiga 2015 mencapai 413.559 TEUS.
Sedangkan arus barang pada bulan september di Pelabuhan pelindo 1 cabang Belawan mencatat, untuk import sebanyak 237.842 ton, untuk export sebanyak 273.955 ton, untuk Bongkar Antar Pulau 341.675 ton dan Muat Antar Pulau sebanyak 4.975 ton sehingga jumlah arus barang yang tercatat pada bulan september di Pelabuhan Belawan sebanyak 858.447 ton. (**)