Kapal Sweet Istambul tenggelam di Tanjung Priok. Kapal ‘mati’ dan tak bertuan itu tepatnya sekarang berada di luar dam pelabuhan, bersamaan dengan kapal Samratulangi PB 1600 milik pelayaran BUMN Djakarta Lloyd dan puluhan kapal mati lainnya.
Kondisi Sweet Istambul, sampai berita ini diturunkan pada Senin (20/3) sore, kondisinya sudah sangat miring, air laut sudah menutupi sebagian besar bangunan kapal. Berbeda dengan kondisi pada Rabu (15/3) minggu lalu sewaktu Ocean Week mengikuti patroli bersama tim Syahbandar Utama Pelabuhan Tanjung Priok, kerangka kapal itu masih normal, meski sudah ada tanda-tanda kemiringan.
Informasi yang diperoleh Ocean Week, menyebutkan bahwa kapal Sweet Istambul itu, bisa dibilang sudah tidak bertuan. Karena pelayaran pemiliknya sudah dinyatakan pailit, sehingga dokumen dan kepentingan terkait berada ditangan salah satu bank.
Menurut sumber yang tak mau disebut namanya mengatakan, bahwa pihak Kantor Syahbandar Utama Tanjung Priok, besuk akan memanggil bank untuk membicarakan mengenai kapal tersebut.
Sebab, jika tidak segera ditangani, bisa hilang tak kelihatan fisiknya lagi. “Kalau nantinya terbawa arus, dan sampai menghalangi alur pelayaran akan menganggu keselamatan pelayaran,” ungkap sumber tadi.
Sementara itu, beberapa pelayaran yang dikonfirmasi Ocean Week, sehubungan dengan rencana pemanggilan dari Syahbandar, mengaku belum menerima surat panggilan. “Kami hanya menunggu dipanggil,” katanya singkat.
Salah satu palayaran juga mengakui bahwa kapalnya ada diantara 39 unit kapal yang ‘mati’ di pelabuhan Tanjung Priok. “Kami masih juga ditarik biaya labuh oleh institusi yang berwenang, dan kami bayar,” kata dia keberatan disebut namanya. (***)