Akibat ketatnya pengawasan pengiriman hewan sapi dari daerah melalui pelabuhan, tak sedikit pedagang sapi mengeluh kesulitan mengirimkan sapinya lewat kapal laut.
Hal itu dialami oleh Doni yang sulit mencari kapal angkutan ternak untuk pengiriman ribuan sapi dari Celukan Bawang Bali tujuan Tanjung Emas Semarang maupun Tanjung Priok Jakarta.
“Sudah coba cari kapal tol laut untuk angkutan ternak, tapi belum ada, makanya coba cari kapal LCT,” ujarnya, Sabtu.
Pengetatan ini karena ada mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK) terhadap hewan sapi di wilayah Jawa Timur dan wilayah lain.
Bahkan, belum lama ini, salah satu kapal pengangkut sapi terpaksa tertahan cukup lama di Tanjung Perak, karena angkutan sapi ini.
Ocean Week mencoba menanyakan kapal angkutan ternak sapi tol laut ke Pelni, memperoleh jawaban bawa Pelni hanya ada sebagai operator kapal, tak bisa memberi putusan, sebab harus mendapat persetujuan dari Perhubungan Laut.
Jika masalah ini terus berkelanjutan, bisa jadi harga sapi akan naik, apalagi menjelang Idul Adha yang kurang dua bulanan lagi.
Seperti diketahui bahwa Pengawasan lalu lintas hewan yang masuk maupun keluar melalui pintu-pintu pelabuhan terus diawasi secara intensif oleh Kementerian Pertanian (Kementan).
Badan Karantina Pertanian bersama jajaran Polri terus melakukan pengecekan terhadap semua hewan yang dikirimkan dari Pulau Sumatera ataupun dari Pulau Jawa sendiri.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) memastikan bahwa pengawasan yang dilakukan sudah berjalan dengan baik. Bahkan fungsi teknis yang lainnya sudah berjalan sesuai standar operasional prosedur (SOP).
“Di Cilegon, misalnya, kita bisa melihat adanya aplikasi digital untuk mempermudah proses yang ada. Tempat ini juga melakukan pemeriksaan secara maksimal yang dibantu oleh dokter hewan sehingga tidak boleh ada kontaminasi dari PMK yang bisa kita abaikan. Bahkan sampel darah dan pemeriksaan lab bisa kita maksimalkan di tempat ini,” ujar Mentan dalam rilisnya, Sabtu (20/5).
Menurut Mentan, semua hewan yang masuk ke pulau Jawa harus melalui pemeriksaan, di mana semua mobil yang mengangkut hewan terlebih dulu dilakukan desinfeksi. Kalaupun ada hewan yang bermasalah makan Kementan telah menyiapkan tempat instalasi karantina hewan.
“Saya yakin menghadapi Idul Qurban akan lebih ketat lagi tetapi tidak membuat tambah ribet dan tambah susah. Tetapi sampai dengan instalasi karantina untuk menyembuhkan kita memilik back up yang cukup. Saat ini karantina seluruh Indonesia siaga 1 sampai 14 hari kedepan untuk memutus virus yang bisa berkembang lebih jauh,” katanya.
Mentan juga menjelaskan semua upaya yang dilakukan sejauh ini telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan hewan. Menurutnya, hewan yang tadinya terkonfirmasi positif kini dinyatakan negatif setelah melalui proses dan uji tim medis beranggotakan dokter hewan.
“Saya ingin melaporkan teman-teman media sekarang ini PMK yang ada di seluruh Indonesia cenderung sembuh. Kesembuhannya maksimal bahkan akhir-akhir ini kita tidak mendengar kematian. Oleh karena itu, daerah merah akan mendapatkan protokol yang sangat ketat dan lalu lintas hewan tidak boleh masuk atau keluar, orang pun tidak bebas masuk keluar sampai inkubasi virus dicabut kembali,” ujarnya. (***)