Selama tahun 2018, PT Pelindo II menangani petikemas sebesar 7,80 juta TEUs, meningkat 12,7% dibandingkan kinerja setahun sebelumnya yang mencatat sebesar 6,92 juta TEUs. Sementara arus non petikemas meningkat 8,54% sebesar 61,97 juta ton dibandingkan 2017 yang sebesar 57,09 juta ton.
Demikian disampaikan Elvyn G. Masassya, Dirut PT Pelindo II dalam rilis yang diterima Ocean Week, Kamis malam (21/2). Untuk arus kapal meningkat 2,86% sebesar 208 juta GT dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 202,2 juta GT. Pertumbuhan yang signifikan terjadi pada arus penumpang 16,68% sebesar 714,93 ribu orang dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 612,68 ribu orang (unaudited).
“Kami mengapresiasi seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan kontribusi terbaiknya sehingga IPC dapat memberikan pelayanan yang semakin efisien dan berkontribusi dalam menurunkan biaya logistik dan mendorong geliat perekonomian Indonesia. Kedepan dunia kepelabuhanan dan logistik akan semakin menantang. Untuk dapat bersaing dengan pelabuhan internasional, IPC terus membutuhkan dukungan dan komitmen dari seluruh stakeholder. Ini adalah kerja bersama kita.” ujar Elvyn.
Sedangkan kinerja operasional di tahun 2018, kinerja keuangan IPC juga mengalami peningkatan. Pendapatan usaha meningkat 4,94% sebesar 11,45 triliun rupiah (unaudited) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 10.91 tiriliun rupiah.
Laba bersih meningkat 9,95% sebesar 2,43 triliun rupiah (unaudited) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,21 triliun rupiah. EBITDA meningkat 4,71% sebesar 4,22 triliun rupiah (unaudited) dibandingkan tahun sebelumnya 4,03 triliun rupiah. Sementara itu nilai BOPO yang menjadi acuan adanya efisiensi perusahaan tercatat menurun 0,35% sebesar 69,90% (unaudited) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar dari 70,15%.
Menyongsong visi menjadi operator pelabuhan berkelas dunia di tahun 2020, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)/IPC secara agresif mendorong sinergi dengan berbagai stakeholder pelabuhan untuk menciptakan efisiensi pelayanan kepelabuhanan dipelabuhan.
Elvyn juga menyatakan, bahwa direct call telah mendorong peningkatan nilai ekspor 6,7% sebesar 180,215 juta US$ dibandingkan tahun sebelumnya 168,828 juta US$. Selain itu proyek direct call telah menghemat biaya logistik sebesar 20% atau US$ 300 per kontainer dan menghemat waktu pengiriman barang dari 31 hari menjadi 21 hari.
“Ditahun 2020 IPC akan bertransformasi dari Terminal Operator menjadi Trade Corridors. Transforming From Infrastructure Player into Ecosystem Player. Nantinya IPC akan berperan sebagai Trade Facilitator dan lebih jauh lagi menjadi Trade Acceletator. Dengan konsep ini IPC tidak hanya akan melayani bongkar muat barang tapi juga mendorong perdagangan melalui ekosistem.” ungkap Elvyn. (pld2/**)