Proyek jalan tol Manado-Bitung dikebut, targetnya tahun 2019 sudah bisa beroperasi. Apalagi dengan semakin berkembangnya pelabuhan Bitung, volume kendaraan semakin banyak. Belum lagi dengan dibukanya jalur pelayaran Kapal RoRo rute pelabuhan Bitung-Davao (Filipina).
Otomatis memerlukan akses infrastruktur jalan yang memadai yang dapat menghubungkan pada kegiatan kapal Ro-Ro itu maupun perdagangan di pelabuhan Bitung.
“Jalan tol itu berakhir di Bitung dan melayani kota Manado. Pengembangan ke depannya akan diarahkan ke selatan, ke arah Minahasa Selatan, Amurang,” kata Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XV Manado, Riel Jemmy Mantik, kepada wartawan di Gorontalo, Selasa (2/5).
Tol sepanjang 39,9 kilometer (km) ini akan menjadi akses baru yang menghubungkan kedua kota itu. Bahkan ada usulan proyek tol tersebut dikembangkan hingga Amurang, yang merupakan ibu kota Kabupaten Minahasa Selatan.
“Namun itu masih rencana. Masih dilakukan studi kelayakan atas rencana tersebut. Itu kan ada trase-trase yang akan kita tarik supaya bisa efisen. Tapi ini mash belum. Masterplan-nya sudah dibuat tapi harus dilihat dulu dananya dan sebagainya. Akan diajukan ke Pak Menteri PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), jadi pengajuan dulu, kalau oke baru ditindaklanjuti,” ungkapnya.
Seperti diketahui, proyek pembangunan tol Manado-Bitung terbagi menjadi dua bagian, seksi I sepanjang 14,9 km dari Manado-Airmadidi didanai APBN dan pinjaman Pemerintah China. Sedangkan seksi II sepanjang 25 km dari Airmadidi-Bitung dikerjakan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yakni PT Jasamarga Manado Bitung. Total pendanaan mencapai Rp 6,7 triliun.
Jalan tol Manado-Bitung yang diperkirakan menelan dana Rp 6,7 triliun dinilai cukup vital untuk mendukung kegiatan ekonomi di daerah sekitar. Jalan penghubung Manado dan Bitung saat ini hanya ada satu jalan raya non tol. Padahal volume kendaraan yang melalui jalan tersebut semakin meningkat, seiring berkembangnya Pelabuhan Bitung. (***)