Pembangunan Terminal Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat terus dikebut. Karena target yang ingin dicapai, pada pertengahan tahun 2020, terminal ini sudah bisa beroperasi.
Pada Kamis (11/4), Ocean Week berkesempatan melihat langsung proses pembangunan terminal Kijing. Dari Pontianak, reporter Ocean Week berangkat sekitar pukul 11.30. Sepanjang perjalanan, awan mendung terus menyertai, dan terkadang di sejulah kota kecamatan yang dilewati turun hujan rintik.
Setelah lebih kurang 2 jam, sampailah di Terminal Kijing. Begitu turun dari kendaraan, hawa panas langsung menyambut kedatangan reporter Ocean Week, meski awan mendung tetap menyelimuti di wilayah itu pada siang tersebut.
Hardi, Manager PT Pengembangan Pelabuhan Indonesia (PPI) dan Galih (staf PPI) yang menyambut kedatangan Ocean Week, menyatakan bahwa di Mempawah bumi Khatulistiwa udara memang panas. “Sudah biasa hawa udara disini panas,” ungkap Hardi berkelakar.
Lalu kami pun dipersilakan memasuki kantor PPI, untuk diberikan informasi mengenai pembangunan Terminal Kijing. “Ini bagian dari SOP. Semua orang yang kesini, mesti melalui proses ini,” ujar Hardi sembari tersenyum.
Hanya 5 menit, Ocean Week medapat pembekalan seputar tahapan pengembangan terminal Kijing. Karena kami pun segera melakukan reportase lapangan. Begitu kami menginjakkan kaki di areal proyek, lalu lalang truk-truk pengangkut tanah hilir mudik. Sebuah tongkang pengangkut barang keperluan proyek pun sedang merapat untuk memuat kontainer kebutuhan proyek.

Kami juga melihat ratusan tiang yang sudah tertancap di laut, yang konon untuk trestle menuju dermaga yang akan dibangun di tengah laut.
Dani Rusli Utama, Direktur Teknik PT Pelindo II (IPC) yang dikonfirmasi, membenarkan kalau pembangunan Terminal Kijing terus dilakukan. “Pembangunan Pelabuhan Kijing di Mempawah, Kalimantan Barat, sedang memasuki tahap konstruksi. Kini sedang berlangsung kegiatan pemancangan untuk trestle sepanjang 3,5 km, pematangan lahan, pekerjaan instrumen geoteknik, pekerjaan timbunan stock yard, land clearing sisi pantai, dan pemancangan sistem drainase buatan vertikal (PVD),” kata Dani Rusli, melalui telepon selularnya Jumat pagi.
Nantinya, Terminal Kijing akan memiliki dermaga kontainer, curah cair, curah kering, dan zona Multipurpose. Saat ini, pembangunan terus berlangsung.

Menurut mantan Dirut JICT itu, kapasitas areal kontainer mampu melayani 450.000 TEUs per tahun pada tahap I. Untuk curah cair bisa mencapai 8.340.000 ton per tahun, curah kering bisa mencapai 15.000.000 ton per tahun, sedangkan Multipurpose bisa 500 ribu ton per tahun.
“Kami targetkan pada pertengahan 2020 terminal Kijing sudah beroperasi,” ungkap mantan Dirut PPI ini.
Terminal Kijing, nantinya akan memiliki dermaga sepanjang 1060 meter untuk Petikemas, dengan kedalaman kolam -12 sampai dengan -15 mLWS, luas are 9,5 hektar. Sedangkan Curah Kering panjang dermaga 906 meter, kedalaman kolam -10 s/d -14 mLWS, dan luas area 1,9 hektar (offshore) dan 14 hektar (onshore).
Sementara untuk Curah Cair memiliki dermaga sepanjang 1.048 meter, kedalaman kolam -10 s/d -14 mLWS dengan luas area 1,2 hektar (offshore) dan 16,5 hektar (onshore). Sedangkan Multipurpose memiliki panjang dermaga 182 meter, kedalaman kolam -12 s/d -15 mLWS, dengan area offshore seluas 9,3 hektar dan 7,0 hektar Onshore.
Dani menambahkan, bahwa pembangunan tahap awal terminal Kijing baru mencapai 7,178 %, dengan rincian pekerjaan demaga petikemas dengan panajng 1,261 meter, lalu pekerjaan dermaga multipurpose , sepanjang 638 meter, Trestle sepanjang lebih kurang 3,450 meter, jalan akses sepanjang 900 meter, pekerjaan penumpukan area petikemas seluas 7 hektar, selain itu juga dilakukan pekerjaan pendukung lainnya seperti TPFT, Workshop, perkantoran, power house, water treatment plant, dan lain-lain.
“Terminal Kijing antinya akan berdiri datas areal seluas 200 hektar. Kami berharap proyek strategis ini dapat selesai sesuai waktu yang ditentukan,” kata Dani Rusli.