Proyek strategis percepatan pembangunan pelabuhan Kijing di Kalimantan Barat masih menunggu Peraturan Presiden (Perpres). “Pelindo (PT Pelabuhan Indonesia II-red) yang ditugasi dalam percepatan pembangunan pelabuhan Kijing ini masih menunggu Perpres,” kata Gubernur Kalbar Cornelis saat memaparkan progress proyek strategis nasional di Kalbar, pada Rapat yang dipimpin Presiden Jokowi di Istana Presiden Jakarta, kemarin.
Cornelis juga bermohon kepada Presiden Jokowi bahwa pemerintah daerah sangat memerlukan dukungan pembangunan Kawasan Industri Prioritas di Landak. “Saya kira juga harus didukung dengan pengalihan ruas jalan nasional yang melewati kawasan pelabuhan, mulai dari ruas Ketapang-Pesaguan-Kendawangan,” ungkap Cornelis.
Gubernur Cornelis juga melaporkan perkembangan pembangunan Smelter Ketapang. Tahap pertama, pembangunan telah dilaksanakan bahkan sudah melakukan ekspor Alumina. “Pembangunan tahap kedua, yakni membangun kapasitas 1 juta ton pertahun. Pembangunan masih dalam tahap pengerjaan,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Jokowi mengatakan Kalbar merupakan salah satu provinsi yang punya potensi besar. Apalagi berbatasan langsung dengan sejumlah negara. “Kawasan perbatasan harus kita perhatikan. Harus kita bangun, sehingga menjadi garda terdepan dan menjadi etalase bangsa,” ucapnya.
Seperti diketahui bahwa PT Pelindo II (Persero) menargetkan tahun 2017 ini, pembangunan Pelabuhan Internasional di Pantai Kijing dengan nilai investasi sekitar Rp 5 triliun dapat dimulai. Kehadiran Pelabuhan yang berada di Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat dinilai sudah mendesak, karena pelabuhan Dwikora di Pontianak sudah padat.
Direktur Teknik dan Manajemen Risiko PT Pelindo II Dani Rusli Utama mengatakan, pembangunan Pelabuhan Internasional Kijing sudah mendesak terutama untuk menurunkan biaya logistik ekonomi di Kalimantan Barat.
“Sebenarnya Pelabuhan Dwikora sudah dioptimalkan dan investasi alat hingga kapasitas meningkat 2-3 kali lipat,” katanya.
Semula kapasitas Pelabuhan Dwikora Pontianak hanya 100 ribu Teus. Sekarang sudah meningkat menjadi 250 ribu Teus. Sementara lahan yang tersedia sudah tidak lagi memadai, selain itu kapal yang datang juga berkapasitas besar, sehingga perlu ada pelabuhan pengganti, yakni pelabuhan Kijing. (***)