Pelabuhan Patimban di Subang Jawa Barat sudah beroperasi dari beberapa tahun lalu, terutama untuk kapal-kapal RoRo angkutan kendaraan.
Namun untuk kapal-kapal petikemas sampai sekarang belum berjalan, terkecuali untuk kapal tol laut. Mengingat sarana prasarana untuk terminal petikemas Patimban belum siap dan butuh waktu yang cukup panjang. Meski begitu, pembangunan untuk itu terus dilakukan.
Saat ini, pembangunan Pelabuhan Patimban terus berlanjut setelah pembangunan tahap awal atau tahap 1-1 rampung pada 2020. Kini pembangunan pelabuhan tersebut tengah memasuki tahap 1-2.
Pembangunan tahap 1-2 meliputi Paket 6 dengan lingkup pekerjaan pembangunan tambahan Dermaga Kontainer dengan panjang 419 meter, reklamasi untuk pembangunan terminal Kontainer seluas 27 hektar, serta pengerukan alur pelayaran dan kolam pelabuhan hingga kedalaman -14 meter.
Pengerjaan Pelabuhan Patimban Paket 6 merupakan proyek PTPP divisi infra 2 yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai anggaran Rp 5,48 triliun. Proyek ini dimulai sejak 5 Januari 2023.
Selain itu, Pemerintah juga akan memulai proyek pembangunan Jalan Tol Akses Pelabuhan Patimban. Langkah itu ditandai dengan ditekennya kontrak pembangunan jalan tersebut yang disaksikan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono belum lama ini.
Basuki mengatakan, pembangunan jalan tol ini sangat ditunggu dan menentukan keberhasilan Pelabuhan Patimban untuk melayani arus logistik barang di bagian timur Jakarta.
“Akses Tol Patimban ini sangat ditunggu dan sangat menentukan keberhasilan Pelabuhan Patimban dalam kegiatan ekspor impornya,” kata Basuki dalam keterangan tertulisnya, beberapa hari lalu.
Sudah banyak pelayaran raksasa maupun pelaku pasar kemaritiman yang tertarik masuk ke Patimban. Salah satunya adalah konsorsium Meratus Line-Abu Dhabi Ports (AD Ports) untuk proyek kerja sama pengoperasian Pelabuhan Patimban. Apalagi kedepan, pengelolaan pelabuhan itu mesti berkolaborasi, jika ingin maju.
Menanggapi hal itu Ketua Umum ABUPI Aulia Febrial Fatwa mengatakan, bahwa siapapun nantinya yang akan masuk ke pengoperasian Pelabuhan Patimban, yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa memindahkan liner-liner ke Patimban yang saat ini masih melakukan call vessel ke Tanjung Priok.
Karena pada dasarnya, ungkap Febri (panggilannya) prinsip di pelayaran itu Ship Follow The Trade & Trade Follow The Ships & Port will Growth with the Ship & Trade.
Jadi, Pelabuhan Patimban ini memiliki potensi yang sangat besar. Hal itu bisa dilihat dari seberapa banyak volume pergerakan kargo (kontainer dan non kontainer) yang berasal dari hinterland di sekitar Cibitung-Cikarang-Karawang yang selama ini menggunakan pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
“Saat ini kegiatan industri di seputaran Cikarang, Cibitung, Kerawang itu masih menggunakan Tanjung Priok. Tapi, saat nanti Patimban sudah ter-develope, maka pastinya jika pindah akan ke Patimban,” ujarnya.
Kata Febri, Pelabuhan Patimban ini sebenarnya sudah memiliki nice market tersendiri.
Febri menilai pelabuhan Patimban merupakan pilihan tepat bagi sektor industri, khususnya industri berbasis Jepang, karena industri Jepang memiliki kepentingan terhadap adanya pengembangan Pelabuhan Patimban.
Memang, jelas Febri, dari awal dilakukan pengembangan Patimban, bertujuan untuk melayani hinterland yang ada di seputaran Cibitung-Cikarang-Karawang. Sebab disanalah pusat dari kawasan industri khususnya untuk industri otomotif yang mayoritas merupakan Japan based company.
Febri berharap pembangunan tol akses dari dan ke pelabuhan Patimban bisa cepat rampung, termasuk pembangunan sarana prasarana lainnya, mengingat tanpa itu semua akan percuma.
Beberapa pelayaran RoRo di Patimban mengeluhkan mahalnya biaya di pelabuhan ini, dibandingkan di Tanjung Priok. “Kami berharap akses jalan tol bisa secepatnya selesai, karena bisa mengurangi cost dan keselamatan di jalan menuju Patimban,” kata salah satu pelayaran rute Medan- Patimban. (**)