Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta meminta PT Pelindo II segera menyelesaikan sistem aplikasi trucking di buffer area lahan ex. Inggom ke berbagai terminal di pelabuhan Tanjung Priok, supaya truk-truk yang berkegiatan di pelabuhan tak lagi menunggu di sembarang tempat di Tanjung Priok.
“Jangan rapat-rapat terus, dan janji-janji saja, karena buat apa ada buffer area, kalau sistem informasi bagi truk yang sudah selesai dokumennya dan hanya menunggu masuk terminal di buffer area tak mendapat info kapan bisa masuk terminal,” ungkap Widiyanto, Ketua ALFI Jakarta kepada Ocean Week, Rabu siang.
Menurut dia, sebaiknya truk-truk yang menunggu di buffer area adalah yang membawa muatan ekspor. Sedangkan truk yang tak bawa muatan langsung balik ke depo.
Dia juga minta agar Kepala Otoritas Pelabuhan (OP) Tanjung Priok, capt. Hermanta tegas mengenai truk yang antre di dalam pelabuhan supaya diarahkan menunggu di buffer area.
Widiyanto mengaku bahwa ALFI tak mau terlibat pengelolaan buffer area di ex. Inggom secara konsorsium dengan Pelindo. “Kalau trucking (Aptrindo) mungkin lebih cocok karena mereka yang punya truk,” ujarnya.
Mengenai gagasan pemerintah yang ingin agar truk yang bawa kontainer ekspor dan pulangnya muat kontainer impor, Widiyanto mengungkapkan sangat sulit. “Siapa yang nyuruh truk bawa kontainer balik dari terminal, siapa yang keluarkan Tila, nggak semudah itu,” katanya lagi.
Sementara itu, H. Sukri Siregar, salah seorang pengusaha truk menyatakan, kemungkinan truk akan sulit untuk merealisasikan konsep datang bawa kontainer ekspor dan balik bawa kontainer impor. “Yang menentukan barang bisa dibawa itu importir atau PPJK yang mewakili importir (pemilik barang),” ucap Sukri.
Seperti diketahui, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) telah menyiapkan buffer area atau kantong parkir truk kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Penggunaan buffer area akan membantu kelancaran arus barang dan kendaraan di dalam area Pelabuhan Tanjung Priok.
Prasetyadi, Direktur Operasional dan Sistem Informasi IPC menyampaikan IPC terus berbenah untuk memperlancar kegiatan bongkar muat di Pelabuhan. Salah satunya dengan melakukan penataan lahan parkir.
Termasuk memanfaatkan kantong parkir kendaraan kontainer, yang lokasinya berada di bekas lahan pabrik Pacific Paint, Jalan R.E. Martadinata, Jakarta Utara.
Luas buffer area yang disiapkan sekitar dua hektar. Kantong parkir seluas itu akan mampu menampung sekitar 1.100 truk kontainer setiap hari.
Lahan buffer area itu sendiri dilengkapi dengan fasilitas informasi, dimana para pengemudi truk bisa monitor antrean bongkar muat barang di terminal yang dituju.
“Kita sedang memasuki era baru pelabuhan, dimana semuanya serba digital dan realtime. Pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk pengemudi truk bisa memantau aktivitas bongkar muat melalui layar monitor yang tersedia, sehingga operasional di Pelabuhan Tanjung Priok lebih tertata, lebih cepat dan lebih mudah,” kata Prasetyadi.
Kartu akses masuk yang digunakan di gate dan buffer area merupakan kartu uang elektronik TapCash (BNI), E-Money (Mandiri) atau Brizzi (BRI) yang juga dapat dipakai untuk transaksi di pintu tol maupun pembayaran lainnya.
Sebelumnya, ketua Aptrindo Jakarta, Mustajab mengatakan bahwa buffer area yang disiapkan Pelindo di ex. Inggom sangat tidak representatif. “Jauh, sehingga tidak fisible. Kalau kegiatannya di NPCT1 misalnya, masak nunggu di sana (buffer ex Inggom), kan nggak efektif,” kata Mustajab.
Karena itu, ujarnya, truk-truk belum mau memanfaatkan buffer area itu. Terkecuali jika pengelolaannya bisa konsorsium antara Aptrindo dengan IPC. (***)