PT Pelabuhan Tegar Indonesia (PTI) atau Marunda Center Terminal (MCT) terus mengembangkan fasilitas terminal yang dikelolalanya. Bahkan tahun 2019 ini, atau tahun 2020, PTI mentargetkan sudah menjadi pelabuhan internasional.
“Kami targetkan tahun ini (2019) atau paling tidak 2020 MCT sudah menjadi pelabuhan internasional. Tapi untuk mencapai itu, kami harus dapat penilaian dari tiga kementerian yakni Perhubungan, Kementerian Keuangan, dan kementerian Perdagangan,” kata Direktur Komersial MCT Aulia Febrial Fatwa, akrab disapa Febri, dibenarkan Ravi Menon (Dirut) dan Abd. Karim (Dirop) dalam acara Ship Owner & Ship Agent Gathering PT PTI, bertempat di dermaga MCT, Jakarta Utara, Kamis (14/3).
MCT merupakan salah satu BUP yang ada di pelabuhan Marunda selain KCN. MCT sudah siap melayani kapal dengan DWT 40 ribu, karena memiliki kedalaman (draft) 9,5 meter. “Namun sampai sekarang baru kapal-kapal dengan draft 7 meter dengan DWT 15 ribu yang masuk ke MCT,” ujar Febri.
Dalam acara Ship Owner & Ship Agent, selain diisi dengan diskusi mengenai bagaimana terminal ini kedepan, juga dilakukan penyerahan sertifikat SOCPF – ISPS Code dan OSCP dari Kementerian Perhubungan (Hubla). Artinya dari sisi keamanan kapal dan keamanan pelabuhan, MCT sudah memenuhi standar pelabuhan internasional.
PT PTI, menurut Febri sudah memperoleh konsesi 65 tahun sebagai BUP dari Kemenhub di tahun 2017 lalu. Karena itu, pihaknya sedang berkonsentrasi untuk melakukan pengembangan fasilitas yang dimiliki. “Namun untuk pengembangan mesti harus dipikirkan matang, karena biayanya semua dari perusahaan, bukan menggunakan APBN. Satu rupiah saja mesti dipertanggung-jawabkan,” ungkapnya.
Ravi Menon maupun Febri juga menawarkan kepada pelayaran kontainer domestik untuk dapat memanfaatkan terminalnya. “Kalau pelayaran mau kontrak jangka panjang 25 tahun, kami juga akan berusaha untuk menyiapkan dan membangun fasilitas yang diperlukan pengguna jasa pelayaran,” katanya.
Sementara itu, Sunarno dari pelayaran Tresna muda sejati mengemukakan, bahwa MCT semestinya menyiapkan gudang penumpukan, container yard untuk kegiatan petikemas, sehingga pelayaran sektor kontainer akan berpikir untuk masuk ke MCT.
“Saat ini fasilitas seperti gudang penumpukan petikemas, CY belum tersedia, jadi kami juga sulit untuk memasarkan ke shipper,” ungkap Nano, panggilannya.
Cuma, para pengguna jasa MCT menyayangkan akses jalan dari dan ke terminal tersebut yang sangat macet, sehingga aktivitas mereka cukup lamban.
Mengenai kemacetan akses jalan tersebut, Febri menyatakan, jika jalan menuju ke terminalnya menjadi kewenangan pemerintah kabupaten Bekasi, dan sebagian Pemprov DKI Jakarta.
Dalam acagar Gathering, turut hadir Kepala KSOP Marunda Iwan Soemantri, Ketua DPC INSA Jaya Capt Alimudin, pengurus INSA Jaya untuk pelabuhan Marunda Banu Amza, juga para mitra MCT. (***)