Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Emas Semarang berencana menginventarisasi ulang Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang beroperasi di pelabuhan Semarang ini, sehingga pemerintah dapat mengetahui secara pasti berapa jumlah PBM yang ada, baik aktif maupun pasif.
Kepala Satuan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Emas, G. Rooseno menyatakan segera melaksanakan penataan ulang terhadap aktivitas bongkar muat di pelabuhan ini, terutama untuk kegiatan di pelabuhan/dermaga Dalam dan Nusantara.
“Di dermaga tersebut, banyak kegiatan bongkar log, juga ada barang lainnya, tetapi tarifnya belum ada kesepakatan, akibatnya sering ada gesekan-gesekan antara PBM dan Pelindo sebagai operator,” katanya kepada Ocean Week, di Semarang.
Sekarang ini, ujarnya, pihak Pelindo Cabang Tanjung Emas sudah mengeluarkan tariff kepelabuhanan (bongkar muat-red), dan setelah disodorkan kepada pelaku jasa pelabuhan, belum ada kesepakatan. “Sampai saat ini antara APBMI dengan Pelindo masih mendiskusikannya. Mungkin Pelindo sebagai operator sudah melakukan investasi pendukung kegiatan bongkar muat, sedangkan PBM banyak yang tidak memiliki peralatan, namun ongkosnya mahal, sehingga Pelindo perlu membuat tariff,” ungkap Rooseno.
Masalah pedoman tariff tersebut, jelasnya, sebenarnya sudah diatur dalam Permenhub no. 35 tahun 2007.
Selain akan melakukan inventarisasi PBM, KSOP Tanjung Emas juga akan melakukan penataan terhadap TKBM. “Ongkos TKBM disini mahal. Akibatnya bisa berdampak pada high cost logistic. Padahal presiden ingin ongkos logistic itu bisa murah,” ucapnya.
Rooseno menambahkan bahwa sekarang ini, di Tanjung Emas sudah dapat dimasuki kapal-kapal 3000 TEus, karena kedalaman alur sudah mencapai 12 meter. “Kapal dengan kapasitas angkut 3000 TEUs sudah bisa masuk, karena kedalaman disini sudah sudah 12 meter,” tuturnya.
Tanjung Emas, jelas Rooseno, juga sudah mempunyai terminal penumpang yang canggih. Bahkan kapal-kapal cruise sudah banyak berdatangan. Mengingat Jawa Tengah banyak objek wisata yang menarik untuk wisatawan manca Negara.
Makanya, Rooseno berharap, Tanjung Emas nantinya benar-benar menjadi emas, bukan Tanjung Perunggu. “Saya berharap Tanjung Emas bisa saingi Tanjung Perak dan Tanjung Priok, dan benar-benar menjadi Emas,” katanya.
Ketika Ocean Week mengkonfirmasi tentang pentarifan kepada General manager Pelindo Tanjung Emas Tri Suhardi, memperoleh jawaban via SMS kalau GM sedang cuti. “Tentang tarif sedang dipelajari APBMI. Nanti Pak Karyo menghubungi bapak (maksudnya Ocean Week),” ujarnya.
Tetapi hingga berita ini diturunkan, Karyo yang disebut Tri Suhardi belum juga menghubungi Ocean Week, dan Ocean Week juga tidak mengenal siapa Karyo tersebut.
Di tempat terpisah, salah satu pelaku usaha di Tanjung Emas Putut Sutopo kepada Ocean Week menyatakan, bahwa untuk kegiatan bongkar muat, Pelindo mesti memberi kesempatan pada PBM untuk tetap bekerja. “Masalah tariff sebaiknya kita duduk bareng antara APBMI dengan direksi Pelindo III untuk membahasnya, kalau perlu disaksikan Dirjen Perhubungan Laut,” katanya per telpon.
Sementara itu Ketua DPC INSA Semarang menyatakan apresiasinya terhadap upaya yang dilakukan pemerintah maupun Pelindo III yang telah memperbaiki kedalaman alur ke pelabuhan ini. “Kami sedikit lega karena di Tanjung Emas, kapal-kapal dengan daya angkut 3000 TEUs sudah dapat dilayani disini,” ujarnya. (ow)