Industri galangan kapal nasional saat ini mengalami kesulitan, bukan hanya keuangan, namun juga dikarenakan banyak proyek yang sedang dikerjakan pembayarannya diundur. Sementara proyek baru yang sudah direncanakan tidak jelas kapan launchingnya.
Muhammad Aziz, Ketua Bidang Kerjasama Antar Lembaga dan Promosi dan Pengamat Industri Galangan Kapal Cahyo Rusdianto mengungkapkan hal itu kepada Ocean Week secara terpisah.
“Meski saat ini banyak banyak galangan kapal yang mengerjakan pekerjaan kapal proyek pemerintah, namun ada beberapa proyek yang diadendum kontraknya oleh pemerintah dikarenakan budgetnya tak mencukupi,” kata Aziz menjawab pertanyaan ocean week melalui WhatsApp, Rabu (1/3) siang.
Jadi, tegas President Director Terafulk Ship Design, sekarang ini kondisi galangan kapal nasional banyak yang memprihatinkan. Kalau ada pekerjaan, tak lebih hanya repair kapal saja. Itupun tidak banyak. Apesnya, pembayarannya pun tidak begitu lancar. “Pembayaran dari pelayaran juga kurang lancar,” ucapnya.
Jika diibaratkan ungkapan, industry galangan kapal itu ‘sudah jatuh tertimpa tangga’ karena proyek atau order membangun kapal baru diluar permintaan pemerintah hamper tidak ada. Yang tersisa hanyalah pengerjaan proyek kapal pemerintah. “Namun itu tadi, pembayarannya tidak tepat waktu, sehingga sangat menganggu rencana yang sudah dibuat oleh perusahaan,” ungkap Aziz.
Karena itu, Aziz menggambarkan bagaimana kesulitan yang saat ini sedang dihadapi industry galangan kapal. Bahkan, ekstrimnya masih enakan pada era sebelum ada program tol laut, order atau pekerjaannya tidak banyak, tetapi lebih rutin dan lebih pasti.
“Kami saat ini memang hanya mengandalkan proyek pemerintah, untuk membangun kapal baru, perusahaan pelayaran lebih memilih membeli kapal bekas, atau beli baru dari China yang harganya lebih murah,” katanya lagi.
Kendati begitu, ungkap Aziz, Indonesia patut berbangga, karena beberapa kapal yang dibangun oleh galangan kapal nasional diekspor keluar. Misalnya SSV dari PT PAL yang diekspor ke Philipina. Selain itu, ada pula kapal tanker yang juga dibangun di PT PAL dibeli pelayaran Singapura.
“Juga beberapa harbour tug pesanan dari Kuantan Port Malaysia. Termasuk harbour tug buatan PT Dumas yang dikirim ke Amerika Latin,” tutur Aziz.
Keprihatinan yang dialami industry galangan saat ini juga dikemukakan Cahyo Rusdianto. Menurut mantan Dirut PT Dok Koja Bahari ini, tidak sedikit pengusaha galangan kapal yang putar otak kerja keras untuk urusan pembiayaan pekerjaan pembangunan kapal dengan resiko margin vs delivery time vs interest.
“Dari sector pendanaan masih berat karena masih dibebani dengan biaya-biaya yang menghambat pertumbuhan dan beban bunga yang kurang kompetitif baik untuk modal kerja maupun investasi,” kata Cahyo.
Oleh sebab itu, keduanya berharap, pemberian keringan bunga bank, maupun penghapusan pajak untuk impor bahan baku pembuatan kapal sangatlah dibutuhkan. “Jika hal itu tidak pernah terealiasi, jangan harap industry galangan kapal kita mampu bersaing dengan galangan asing,” katanya. (***)